D R A M A
ANDE-ANDE
LUMUT
(Adaptasi Bebas)
Kelompok
2
1. Agistiyani (Mbok Rondo Klenting)
2. Asmawati (Klenting Merah)
3. Ersa Risky Iftikar (Mbok Rondo Dadapan)
4. Gunawan Prasetyo (Ayah Pangeran
Ande-ande Lumut)
5. Iftitah Yachintia B. A. (Klenting
Kuning)
6. Julia Dwi Rismala (Klenting Hijau)
7. Lutfiah Azizah (Yuyun Kangkang)
8. Mirnawati (Penyihir)
9. Muhammad Noor (Pengawal Pangeran
Ande-ande Lumut)
10. Muhammad Rifky D. (Pangeran
Ande-ande Lumut)
11. Putrie Selvina A. (Klenting Biru)
XI IPS 1
TAHUN AJARAN 2013/2014
Prolog
(Pembuka : musik gending 1)
Babak
1
Adegan
1 (di rumah Klenting Kuning)
Pada sore hari di halaman rumah, Klenting
Kuning sedang menyapu halaman, dan pada saat Klenting Kuning sedang menyapu
halaman datanglah Pengawal mengantarkan surat dari Pangeran untuk Klenting
Kuning.
(Kring .. kring .. kring .. kring ..)
Pengawal : (memarkirkan sepedanya lalu mendatangi Klenting Kuning yang sedang menyapu)
“Apakah benar ini rumah
Mbok Rondo Klenting?”.
Klenting Kuning : “Iya, benar ini rumah
Mbok Rondo Klenting, ada keperluan apa?” (sambil
tersenyum ramah).
Pengawal : “Dapatkah saya bertemu dengan
Klenting kuning?”.
Klenting Kuning : (sambil mengerutkan kening kebingungan)
"Iya, ini saya sendiri. Maaf ada apa yah pengawal mencari saya?”.
Pengawal : (sambil
mengucap syukur karena langsung bertemu dengan Klenting Kuning)
"Syukurlah, kita langsung dipertemukan.
Tujuan hamba datang kemari ingin
memberikan surat dari Pangeran untuk Klenting
Kuning”.
Klenting Kuning : (kembali mengerutkan kening) “Untuk saya ? Terima Kasih”.
Pengawal : (tersenyum seraya berpamitan pulang) “Sama-sama, karena hamba telah memberikan pesan dari pangeran ini.
Hamba pamit pulang. (sembari membalikan badan).
Lalu Pengawal pun pulang
dengan menggunakan sepeda tuanya, dan Klenting kuning pun langsung melanjutkan
pekerjaannya dengan perasaan hati yang masih bertanya-tanya. Setelah selesai
mengerjakan tugasnya, Klenting kuning pun berjalan memasuki kamarnya sambil
membaca surat yang dikirimkan oleh pangeran.
Klenting kuning : (berbicara sambil berbisik) “oh iya,
besok pagi dipinggir sungai”. (sambil
tersenyum)
Tiba-tiba terdengar suara yang keras dan penuh
dengan amarah yang berasal dari dapur.
Mbok Rondo Klenting : (teriak) “Klenting Kuning sini kamu!!”.
Klenting Kuning : (sambil berlari tergesa-gesa) “dalem Mbok”.
Mbok Rondo Klenting : (masih tetap berteriak) “cepattt !!”
Klenting Kuning : (sambil mengatur nafas) “Iya Mbok, ada apa Mbok memanggil saya?”
Mbok Rondo Klenting : (masih dalam keadaan marah) “kamu dari
mana?”.
Klenting Kuning : (menunduk sambil menjawab) “ Anu .. Anu .. Anu Mbok”.
Mbok Rondo Klenting : (memotong pembicaraan klenting) “Anu ..
Anu .. Anu apa?”
Klenting Kuning : (dengan ekspresi ketakutan akan dimarahi) “Anu Mbok, tadi klenting
dari kamar Mbok, mau istirahat”.
Mbok Rondo Klenting : (dengan ekspresi marah) “Istirahat katamu
?!!, Tidak lihat apa kerjaan di dapur itu masih menumpuk”.
Klenting Kuning : (dengan wajah menunduk dan meminta maaf) “Maaf Mbok, Klenting tidak akan mengulanginya lagi”.
Mbok Rondo Klenting : (mendengus “huhh”) Yasudah, cepat sana
masak !! Mbok dan kakak-kakakmu sudah lapar”.
Klenting Kuning : (kembali mengangkat wajah) “Iya Mbok, segera Klenting kerjakan”.
Klenting pun segera berjalan menuju dapur, namun
langkahnya terhenti karena mendengan Mbok Rondo Klenting masih berbicara. Lalu
Klenting Kuning kembali menghampiri Mbok Rondo Klenting.
Mbok Rondo Klenting : (berbicara sambil mengangkat jari telunjuk ke
atas seraya mengingatkan)
“Oiya, besok pagi jangan lupa mencuci pakaian”.
Klenting Kuning : “Iya Mbok, besok
Klenting kerjakan” (membalikkan badan
sambil tersenyum).
Klenting Merah yang sedang berada di dalam kamar
Klenting Kuning secara tidak sengaja melihat sepucuk surat di atas tempat tidur
Klenting Kuning.
Klenting Merah : (sambil bertanya-tanya dan membolak-balikkan surat itu) “Surat apa
ini?”
Tanpa
bertanya pada Klenting Kuning, Klenting Merah langsung mengambil dan
mengantongi surat tersebut dan akan diberikannya pada Mbok Rondo Klenting.
Mbok
Rondo Klenting, Klenting Merah, Klenting Hijau, dan Klenting Biru sedang
berkumpul di ruang tamu sambil mengobrol. Kemudian Klenting Merah mengeluarkan
surat yang di dapatkannya di dalam kamar Klenting Kuning dan langsung di
berikannya kepada Mbok Rondo Klenting.
Klenting Merah : (sambil memegang surat dan memberikannya pada Mbok Rondo Klenting) “Mbok, Saya mendapatkan surat ini di atas
ranjang di dalam kamar Klenting Kuning”.
Mbok Rondo Klenting : (sambil mengerutkan kening dan menerima surat
tersebut) “Surat apa ini, Ndok?.”
Klenting Hijau : (dengan bersemangat) “Buka .. Buka .. Buka .. Cepat buka suratnya Mbok.”
Klenting Biru : (dengan tidak sabaran) “Ayo Mbok, cepat udah gak sabar bah !.”
Mbok Rondo Klenting : (membuka surat sambil mengangguk-anggukan
kepala) “Oh, jadi ini yang dirahasiakan oleh Klenting Kuning dari
kita semua !.”
Klenting Biru : (langsung nyeletuk) “Apa isi suratnya Mbok?.”
Mbok Rondo Klenting : (membalikkan badan, melipat kembali surat,
lalu berkata) “Besok pagi
kalian membuntuti Klenting Kuning ke sungai.
Tidak ada kata menolak”.
Klenting Merah : (dengan bertanya-tanya) “Buat apa coba saya membuntutinya?”.
Klenting Hijau : (memotong pembicaraan Klenting Merah) “Gak penting banget!!”.
Mbok Rondo Klenting : (dengan penuh emosi) “Sudah kalian ikuti
saja apa kata Mbok mu ini”.
Semua Klenting : (dengan berat hati) “Iya Mbok”.
Klenting Kuning pun telah selesai berkutat dengan
masakannya di dapur. Mereka pun menempati tempat masing-masing untuk makan
malam. Keesokan harinya, Klenting Kuning pun bersiap untuk pergi ke sungai, dan
ketiga saudaranya juga bersiap untuk membuntutinya.
Babak
2
Adegan
1 (di rumah perjalanan ke sungai)
(Musik Pembuka : Lagu “Ping Panther”)
Klenting Biru : (terkejut sambil menaruh jari telunjuk di depan bibir) “Sstt, ada
yang datang. Ada yang datang”.
Semua Klenting pun terpesona karena melihat ketampanan
pemuda itu. Mereka pun terkejut melihat pemuda tersebut mendatangi Klenting
Kuning yang sedang menyuci di pinggir sungai.
Ande-ande Lumut : (dengan hati bertanya-tanya) “Apakah benar ini Klenting Kuning?”.
Klenting Kuning :(membalikkan badan dan terkejut) “I.. Iya , maaf kamu ini siapa ?”.
Ande-ande Lumut : (sambil tersenyum) “Apakah kamu anemia, eh eh salah-salah. Apakah kamu amnesia ? Sampai-sampai kamu tak
ingat denganku”.
Penonton : (ciee”)
(Musik : Armada “dimana letak hatimu”)
Klenting Kuning : (sambil mengerutkan kening) “oh kamu tukang panci itu ya?”.
Ande-ande Lumut : (sambil menunjuk diri sendiri) “Saya ?? Apakah wajah saya mirip
dengan
tukang pancinya apa dengan pancinya?”.
Penonton : (Huu..)
Klenting Kuning : (lalu tertawa dengan watados) “Hahaha, lah terus anda siapa?”.
Ande-ande Lumut : (Pangeran menceritakan masa lalunya) “Apakah kamu lupa dengan 5 tahun yang lalu, apa yang terjadi
disini ? bulan ini ? dan tanggal ini ?”.
Klenting Kuning : (sambil menggarukkan kepala) “Memangnya apa yang terjadi disini ? bulan apa ? dan tanggal berapa ?. Kau
saja belum menjawab pertanyaan yang pertama, dan sekarang kamu malah
mengajukan 3 pertanyaan sekaligus” (membalikkan badan dan berniat untuk
meninggalkan Ande- ande Lumut).
Ande-ande Lumut : (sambil menarik pergelangan tangan Klenting Kuning) “Jangan pergi dong, baiklah saya akan menjelaskan
siapa saya”.
(Musik : D’massiv “Jangan Pergi”)
Ande-ande Lumut : (masih memegang tangan Klenting Kuning, dan kemudian menjawab pertanyaan Klenting Kuning) “Saya adalah
seorang Pangeran Panji Inu Kerta
Patih dari Kerajaan Kediri. Dan
kamu adalah Dewi Galuh Candra Kirana, putri
Kerajaan Daha. 5 tahun
yang lalu ditempat ini, saya pernah meminta kamu
untuk menjadi pendamping
hidup saya, tapi kamu berkata, “Saya akan
menjawabnya 5
tahun kemudian di tempat yang sama dan waktu yang sama”.
Apakah kamu
sudah ingat tentang hal itu?”.
Adegan 2
Babak 1
Belum sempat Klenting Kuning untuk menjawab pertanyaan dari Ande-ande
Lumut, ketiga saudaranya langsung masuk dan memukul Ande-ande Lumut menggunakan
kayu. Ketiga saudaranya itu lalu membawa pulang Klenting Kuning. Tidak lama
kemudian datanglah Mbok Rondo Dadapan.
Mbok Rondo
Dadapan : (sambil mencari kayu Mbok Rondo
Dadapan juga melihat-melihat daerah sekitar dari kejauhan.
Tiba-tiba Mbok Rondo Dadapan melihat
sesuatu yang tergeletak di pinggir
sungai, lalu Mbok Rondo
menghampirinya, Mbok Rondo Dadapan pun
memperhatikan orang
tersebut, lalu Mbok Rondo Dadapan mencoba
untuk mengetahui orang
tersebut dengan cara membalikkan
badan orang tersebut)
“Wah, siapakah gerangan pemuda ini? Tampan
sekali. Kenapa dia tidur disini?”.
Ande-ande Lumut pun tidak menunjukkan suatu reaksi yang berarti, tidak lama
kemudian datangalah pengawalnya yang sedari tadi sibuk mencari-cari Ande-ande
lumut.
siapa ? Oh, kamu yah yang mencelakakan pangeran sampai dia menjadi seperti ini”.
Mbok Rondo Dadapan : (menyangkal tuduhan dari pengawal sambil
mengada-adakan kedua tangannya sambil menggelengkan kepalanya)
“Bukan !! Bukan !! Bukan saya !! Justru saya yang pertama
melihatnya dan berniat ingin menolongnya”.
Saya sangat Khawatir terhadap pangeran, karena saya sudah mencari pangeran
kemana-mana tapi tidak menemukannya, dan saya melihat Mbok ada disamping pangeran
dengan keadaan pangeran yang tidak sadarkan diri”.
Mbok Rondo Dadapan : (sambil tersenyum) “Iya tidak apa-apa anak
muda. Daripada kita berdiam
diri disini, lebih baik kita segera membawa pangeran kerumah saya untuk
menyadarkan pangeran dan
sekalian kamu beristirahat dirumah saya karena
hari sudah
malam”.
Babak
2
Adegan
2 (di rumah Mbok Rondo Dadapan)
Pagi
di rumah Mbok Rondo Dadapan, Bejo dan Mbok Rondo berada di dapur untuk
mempersiapkan makan pagi.
Ande-ande Lumut : (tersadar dari tidurnya lalu pangeran mencium aroma yang sedap sekali dari
dapur rumah Mbok Rondo Dadapan
sambil berbicara kecil) “Wah, harum sekali
dari mana datangnya aroma
ini (sambil berfikir berjalan dan keluar kamar sambil
menuju dapur, lalu Ande-ande Lumut
melihat seorang wanita tua yang sedang
memasak.
Lalu ia juga melihat pengawalnya yang sedang memotong kayu
bakar,
lalu ia berkata) “Bejo ?”.
Pengawal : (menoleh
dan melepaskan kampak di tangannya) “Iya pangeran, pangeran sudah bangun ?”.
Pangeran
: (dengan bingung) “Mengapa kamu dan
saya berada disini ? Apa yang sudah terjadi?”.
Pengawal
: (sambil mendekati dan merangkul bahu
pangeran) “Ceritanya panjang pangeran, Wanita tua yang berada disana (sambil menunjuk ke arah Mbok Rondo Dadapan) yang
telah menolong kita”.
Pangeran
: (pangeran menatap Mbok Rondo dan
mendekatinya)
Mbok Rondo Dadapan : (sambil mengelapkan tangannya ke belakang
bajunya) “Kau sudah bangun
anak muda? Apakah kamu sudah agak
baikan?”.
Pangeran
: (sambil tersenyum dan mencium tangan
Mbok Rondo Dadapan) “Terimakasih banyak
Mbok, atas semua yang telah Mbok
lakukan untuk menyelamatkan saya. Balas budi yang
semacam apa yang Mbok
inginkan?”.
Mbok Rondo Dadapan : (Mbok menjawab) “Saya tidak menginginkan
apa-apa nak, saya hanya ingin
kamu dan temanmu itu menjadi
anak saya dan tinggal bersama di gubuk ini,
karena saya tidak
mempunyai keluarga lagi. Saya sudah lama hidup
sebatang kara”.
Pangeran
: (sambil tersenyum dan langsung menjawab)
“Baiklah jika itu yang Mbok inginkan, saya
dan teman saya ini akan
menjadi anak Mbok dan tinggal menetap dirumah ini”.
Mbok Rondo Dadapan : (sambil tersenyum dan menangkupkan tangan di
depan dada) “Akhirnya.
Terimakasih banyak anakku (sambil memegang tangan Ande-ande Lumut)”.
Prolog
Adegan
3
Babak
1 (di rumah Mbok Rondo Dadapan)
(Musik
pembuka : gending 1)
4 tahun kemudian, Pangeran
menghampiri Mbok Rondo yang sedang merajut.
Ande-ande Lumut : (duduk menghampiri Mbok Rondo Dadapan) “Mbok, ada yang ingin saya
katakan?”.
Mbok
Rondo Dadapan : (sambil fokus merajut )
“Ada apa anakku?, apa yang ingin kamu sampaikan?”.
Ande-ande Lumut : (sambil malu-malu) “Hmm, begini Mbok. Sebenarnya saya ini adalah seorang
pangeran dari Kerajaan Kediri,
dan teman saya itu adalah pengawal pribadi
saya”
Mbok
Rondo Dadapan : (terkejut dan tangannya
pun tertusuk jarum) “Aww, apakah
benar yang kau katakan itu anakku?”
Penonton : (Cius, miapa ?)
Pangeran dan Mbok Rondo Dadapan : (sambil melirik ke penonton dan berkata Ndasmu
!!)
Penonton : (Lanjut kembali ke TKP)
Pangeran : (panik) “Aduh Mbok, Mbok tidak apa-apa?”. (sambil memegang tangan Mbok Rondo
Dadapan yang tertusuk jarum)
Mbok
Rondo Dadapan : (tersenyum) “Iya
tidak apa-apa anakku, ini hanya kecelakaan kecil. Lanjutkan anakku apa yang kau ingin katakan
tadi?”.
Pangeran : (melanjutkan pembicaraan) “Hmm, iya Mbok. Itu semua benar adanya.
Kami berdua
tidak mengada-ada dengan kenyataan
itu”.
Mbok
Rondo Dadapan : (sekali lagi terkejut)
“Iya nak, Mbok percaya. Terus kalau begitu apa yang ingin kamu lakukan? Apakah kamu akan
meninggalkan Mbokmu
ini?”. (sambil menatap mata Ande-ande Lumut)
Pangeran : (melanjutkan pembicaraan) “Tidak Mbok, awalnya sebelum saya berada
disini saya ingin
bertunangan dengan seorang
gadis bernama Klenting Kuning, tetapi musibah datang, saya
sudah terpisah
dengan dia sudah selama 9 tahun. Saya ingin mengadakan sayembara di
desa ini, agar
dapat bertemu dia lagi”.
Mbok
Rondo Dadapan : (tersenyum manis)
“Baiklah nak, kalau itu yang kamu inginkan. Lakukanlah
anakku, jika itu
yang membuatmu bahagia, doa Mbok menyertai perjalanan
untuk mencari cintamu
itu”.
Pangeran : (sambil tersenyum) “Baiklah Mbok”.
Adegan
3
Babak
2 (di rumah Mbok Rondo Klenting)
Ruangan rumah sederhana. Tampak rapi dan bersih. Meja
dan kursi tertata rapi di tengah ruangan, dipojok kanan terdapat meja kecil.
Klenting Merah dan Klenting Biru tampak sedang bersolek. Klenting Kuning masuk
dengan baki ditangan. Di atas baki ada minuman dan makanan kecil. Makanan dan
minuman diletakkan dimeja kecil.
Klenting
Merah : (memanggil Klenting Kuning)
“Ayo. Kuning sini. Sisir rambutku!”.
Klenting Kuning :
(sambil menyisiri Klenting Merah) “Kakak
cantik sekali”.
Klenitng
Biru : (sinis, menirukan kata-kata
Klenting Kuning) “Kakak cantik sekali”. (tidak
sabar)
“Tidak usah menjilat. Ayo, cepat selesaikan pekerjaanmu, setelah itu pegangi
cerminku”.
Tiba-tiba
terdengar panggilan dari dalam.
Mbok Rondo
Klenting : (dengan emosi) “Kuniiing!!
Cepat kemari!!!”.
Klenting Kuning terburu-buru mengambil
bakinya. Klenting Merah menggerutu sambil memakai pensil alis. Klenting Biru
memakai lipstik. Ibu tiba-tiba muncul dan mengejutkan Klenting Kuning. Baki
yang dibawanya terjatuh. Semua terkejut. Pensil alis mencoreng kening Klenting
Merah. Lipstik mencoreng pipi Klenting Biru.
Mbok Rondo
Klenting : (marah) “Dasar, anak
malas! Dipanggil tidak segera datang. Malah bikin
ribut saja. Kalau sampai ada
barang-barang rusak, ku hukum kau tidak boleh
makan tiga hari. Cepat
masak untuk kami!”.
Klenting Kuning keluar. Dari luar terdengar
suara Pengawal sambil berteriak berkali-kali.
Pengawal : (sambil berteriak) “Pengumuman,
pengumuman! Ada perjaka mencari calon istri!”.
Klenting
Merah + Klenting Biru : (wajah berbinar
sambil berlari keluar) “Apa itu?!”.
Mbok Rondo
Klenting : (sambil memanggil
klenting-klenting) “Hei, kalian tunggu! Wajah kalian
(berkata sendiri) Aduuh!
Wajah belepotan kayak gitu mau ketemu orang”.
Klenting Merah dan Klenting Biru
kembali masuk sambil menggandeng seorang lelaki yang tampak kebinggungan.
Pengawal : (kebingungan) “Walah, saya mau diapakan
ini?”.
Klenting Merah, Klenting Hijau dan
Klenting Biru mendudukan pengawal dikursi dan menjamunya. Pengawal melihat
Klenting Merah dan Klenting Biru lalu tertawa sambil memegang perutnya.
Klenting Biru dan Klenting Merah kebinggungan. Ibu mengalihkan perhatian.
Mbok Rondo
Klenting : (memanggil pemuda) “Hei,
pemuda jelek! Cepat ceritakan pengumuman
yang kau bawa! Siapa yang
mencari istri? Pasti bukan kau sendiri kan?!”.
Klenting
Kuning Mengintip, ingin tahu berita itu.
Pem Pengawal
: (kebingungan) “Waaah….sabar, Bu!
Saya segera ceritakan kabar yang menggemparkan
gadis-gadis di Desa ini.
Iya, bukan saya yang saya cari calon istri. Lha wong, gadis-gadis
itu sudah
rebutan saya kok. Tidak usah pakai pengumuman lagi dong”.
Ibu
Mbok Rondo Klenting : (memotong
pembicaraan pengawal) “Jangan banyak cakap! Ceritakan saja
beritanya!”.
Pem Pengawal
: (mulai menceritakan) “Di desa
seberang sungai sana, tepatnya di Desa Dadapan, ada
seorang
perjaka gagah lagi rupawan mencari seorang pendamping hidup. Namanya
Ande-Ande Lumut. Gadis-gadis
yang ingin menjadi istrinya diminta datang ke rumah
Mbok Rondo Dadapan.
Nanti Si Ande-Ande Lumut akan memilih salah satu dari
# mereka”.
Klenting
Hijau : (dengan penuh harapan) “Oh,
Kakanda Ande Ande Lumut! Ibu, ijinkan kami ke
Desa Dadapan”.
Klentin Klenting
Biru : (meyakinkan Mbok Rondo
Klenting) Benar, Bu. Pasti dia akan memilih salah seorang
dari kami.
Klenting
Merah : (dengan nada sombong) “Pasti
dia bakal memilih saya”.
Klenting
Hijau + Klenting Biru : “OHH TIDAK BISA!!”. (sambil menggoyang-goyangkan
telunjuknya)
Pengawal : (tertawa terpingkal-pingkal) “Haa.. ha..
ha.. ha! Ya.. yaaa… Kalau Ande Ande Lumut
memilih kalian, pasti hidupnya
penuh tawa, didampingi badut-badut
lucu. Ha.. ha.. ha..".
Pemba Pembawa Berita berjalan keluar. Ibu memarahi
anak-anaknya.
Mbok Rondo
Kenting : (memarahi Klenting-klenting)
“Kenapa kalian ini jadi bodoh?
Memperlihatkan muka seperti itu dihadapan
orang lain!”.
Klenting
Biru : (menyombongkan diri) “Kenapa,
Bu? Bukankah kami cantik dan menawan? Iya kan, Kak?” (menengok ke arah Klenting
Merah dan terkejut) “Alismu!”.
Klenting
Merah : (sambil memegangi alis, lalu
melihat ke Klenting Biru) “Biru, pipimu!”.
Klenting
Hijau : (tertawa terpingkal-pingkal)
“Hahahahaha, kalian memang seperti badut”.
Keduanya
mengambil cermin dan histeris.
(Musik : suara ghaib)
Suara Ghaib : (terdengar suara menakutkan) “Hai gadis
cantik?”.
Kleting kuning : (ketakutan) “Siapa kamu?”.
Suara Ghaib : (menyakinkan Klenting Kuning) “Kamu
jangan takut aku sifat baik yang ada dalam dirimu?”.
Kleting kuning : (bertanya kembali) “Mau apa kamu?”.
Suara Ghaib : (menjawab pertanyaan) “Aku akan memberimu
sebuah pusaka, terimalah. Semoga pusaka ini kelak akan berguna
bagimu. Ini namanya Jimat Kalimosodo.
Terimalah gadis baik”.
Kleting kuning : (berterimakasih) “Iya terimakasih”.
Adegan 3
Babak 3 (perjalanan Klenting Hijau.
Klenting Biru, dan Klenting Merah untuk menuju kerumah Penyihir)
Ketiga saudara dari Klenting Kuning
ini berniat untuk menemui penyihir karena ingin menggagalkan usaha dari
Klenting Kuning untuk mencapai ke Desa Dadapan.
Klenting Hijau: (mengetuk
pintu dengan tidak sabarnya) “Permisi.. Permisi..Permisi.. helloww ada orang”.
Klenting
Biru: (menyabarkan kakaknya si klenting
hijau) “Sabar bah ka’ mungkin saja tidak
ada neneknya.”
Klenting
Merah: (teriaknya) “woii nenek-nenek
dimana kau? Sudah tua, tak dengar pula. Iyuhhh.”
Penyihir : (tiba-tiba muncul dari belakang dan
mengejutkan para klenting) “Sedang apa kalian
disini. Datang tak diundang,
teriak-triak tak karuan. Dasar anak-anak tak punya sopan
santun.”
Klenting
Merah : (berbisik kepada klenting biru)
“ini nenek-nenek datang-datang langsung marah-marah. Siapakah gerangan ?”.
Klenting
Hijau : (menjelaskan kepada nenek tua itu)
“saya datang kemari untuk bertemu dengan
penyihir yang mempunyai
rumah ini. Apakah anda tau siapa dan yang mana orang
yang tinggal
dirumah. Maksud saya nenek-nenek tua pemilik rumah ini?”
Penyihir : (membuka pintu dan meyilakan masuk para
klenting) “silakan masuk, duduk lah. Tapi jangan sentuh barang-barang yang ada
dirumah ini.”
Para klenting pun memasuki rumah penyihir
tersebut. Mereka merasa tertegun ketika memasuki rumah penyihir. Disana
terdapat barang-barang yang tidak pernah terlihat oleh mata mereka. Penyihir
pun mempersilakan duduk kepada tiga klenting.
Penyihir : (Mempersilakan duduk kepada tiga klenting)
“Silakan duduk! Ada apa kalian datang
kerumahku ini? Saya kira saya tau
apa yang kalian inginkan.”
Klenting
Biru : (menjelaskan maksud kedatangan
mereka) “Kita kesini ingin.”
Penyihir : (memotong pembicaraan Klenting Biru) “Ya.
Saya tau maksud kedatangan kalian kemari.
Saya bisa membantu kalian tetapi
dengan satu syarat. Kalian harus membawa barang
berharga milik Klenting
Kuning, saudara kalian itu. Dan saya akan menghalang-halangi
kepergian Klenting
Kuning menuju Desa Dadapan itu.”
Klenting
Hijau : (dengan penuh pertanyaan)
”apa yang kita harus ambil darinya, dia saja tidak
punya barang berharga. Rumah saja numpang, apalagi dengan barang berharga. Bagaimana bila
kita ganti dengan uang. Uangkan sangat berharga, berapa pun yang kamu mau kita berikan.”
Penyihir : (memukul meja yang ada dihadapannya) “loe
kira ini pasar, loe loe pada mau nawar. Ooo
tidak bisa!!”
Penonton : (toenggg..
toenggg)
Ketiga
klenting nyolot..!!!
Klenting
hijau : “Gayamu nek-nek selangit !”
Klenting
biru : “Omongan lue sama umur gak matching bro.”
Klenting
merah :”Ingat umur jeng, bau tanah” (ketiga
klenting tersebut tertawa terbahak-bahak)
Penyihir : (mengeluarkan benda kesayangannya, ia pun
melemparkan gayung kepada ke tiga klenting tersebut) “pergi kalian, dasar
anak-anak tak punya sopan santun.”
Klenting
merah : (menjawab amarahnya penyihir)
“iyee ngronto lagi ate’e itu!”
Adegan 3
Babak 3 (Perjalanan menuju sungai)
Sepulang dari rumah penyihir ketiga
klenting pun langsung bergegas menuju rumah Ande-Ande Lumut di Desa Dadapan.
Sesampai nya disungai ketiga klenting itu bertemu dengan Yuyun Kangkang. Dia yang menguasai sungai itu. Dialah
si Yuyun kangkang yang licik. Di sungai yang airnya deras disanalah Yuyun Kangkang
hidup.
Kleting merah : (dengan wajah terkejut) ”Wah!!! sungainya
banjir.”
Kleting biru : (kebingungan) “Iya ka, gimana kita akan
menyeberang?.”
Kleting hijau : (menunjuk ke arah Yuyun Kangkang)
“Sebentar-sebentar, lihat itu ada Yuyun
Kangkang.”
(Musik : Ayu Ting Ting “Alamat Palsu”)
Kleting merah : (dengan semangat ia memberi pendapat) “Wah
!! iya,kita minta tolong yuyun
kangkang aja yuk.?”
Penonton : (capcus..cint,)
Kleting biru dan hijau : (sambil mendatangi ke arah yuyun kangkang)”Iya,
ayo..ayo”
Kleting merah : (mencari yuyun kangkang)”Yuyun kangkang…
yuyun kangkang…”
Yuyun kangkang : (muncul didepan para klenting)”Haha. Ada
apa anak –anak centil?”
Kleting merah : (meminta tolong dengan penuh harapan)”Yuyun
kangkang.Aku minta tolong disebrangkan lewat sungai ini?”
Yuyun kangkang : “Wah…itu berat
sekali, sungai ini berbahaya, aku minta imbalan?”
Kleting Hijau :”Imbalannya apa
to..uang?? Wah kamu itu mata duitan.”
Kleting biru : “Iya nih.yuyun
kangkang mata duitan.”
Penonton : (iyuhh)
Yuyun kangkang : “Tidak, duit
mah aku gak doyan.”
Kleting-kleting : “Prett….”
Yuyun kangkang : “Imbalannya
adalah bisakah kalian membuat ku lebih tinggi dari ini?”
Kleting merah : (dengan wajah memerah dan nyolot) “eh.
Yuyun!! Kalo saya bisa membuat orang lebih tinggi. Dari dulu saya sudah
tinggi kalee.”
Penonton : (huuuuuu)
Klenting Hijau : “iyeee.. kontak
batin nih..”
Klenting
Biru : “sudah..sudah, gimana ini cara kita menyebrangi sungai ini Yuyun kangkang”.
Yuyun kangkang : “siapa yang bisa
membayar saya dengan lebih tinggi. Saya akan
menyebrangkannya duluan”
Kleting Biru :
“ Ya udah jika begitu”
(yuyun kangkang menyebrangkan
kleting merah. Biru dan hijau bergantian)
Setelah Yuyun Kangkang menyebrangkan
ketiga klenting itu, tiba-tiba klenting Kuning datang dan ingin meminta tolong
kepada Yuyun Kangkang.
Yuyun Kangkang : “ ada perlu apa
kamu kesini?”
Klenting Kuning : “ saya ingin
menyebrangi sungai untuk bertemu dengan Ande-ande
lumut, bisakah kau mengantarkan aku menyebrangi
sungai ini?”
Yuyun kangkang : ” berani bayar
berapa kamu memerintahku?.”
Klenting Kuning : (dengan memelas) “Saya tidak punya uang”.
Yuyun Kangkang : (marah) “Apa kamu bilang? Tidak punya
uang katamu. Baru keluar dari goa mana kamu, uang saja kamu tak
punya”.
Klenting Kuning : (meminta maaf) “Maafkan saya Yuyun
Kangkang. Lagi krisis moneter ini bah”.
Yuyun
Kangkang pun langsung pergi meninggalkan Klenting Kuning tanpa memberikannya
pertolongan sedikit pun. Lalu Klenting Kuning teringat pada apa yang di
dapatkannya dari suara ghaib itu. Kemudian Klenting Kuning langsung
mengeluarkan pusakanya. Karena Klenting Kuning sudah merasa putus asa, pusaka
itu secara tidak sengaja di pukul-pukulkannya ke sungai. Tidak lama kemudian
terjadilah suatu keajaiban, sungai pun terbelah. Setelah Klenting Kuning
selesai menyebrang, sungai pun kembali menutup.
Adegan 3
Babak 4 (telah sampai di Desa Dadapan)
Sesampainya
di rumah Ande-ande Lumut, di depan pintu ada si pengawal sedang menjaga tempat
pendaftaran, disampingnya ada Mbok Rondo Dadapan. Ketiga Klenting langsung
mendaftar bersamaan.
Klenting Merah : (menyapa si pengawal) “Yuhuu, eh mas nya
saya mau daftar dong!”.
Klenting Hijau : (ikut nyerobot di depan Klenting Merah)
“Saya juga, saya juga”.
Klenting Biru : (dengan suara ala upin ipin) “Betull ..
Betull .. Betull”
Pengawal : (dengan kebingungan) “Aduh, aduh gadis manis, antri dong. Orang
belum tentu juga
kalian yang bakalan dipilih oleh
Ande-ande Lumut, jadi santai aja dong”.
Klenting Merah : (sambil marah) “Eh jaga mulutmu pengawal,
enak aja bilangin saya gak dipilih.
Pastilah saya dipilih, secara
saya cantik imut-imut kayak marmut”.
Penonton : (huuuuu~)
Klenting Merah : (Shut up)
Pengawal : (mengalah) “Iya iya nona cantik, jadi tolong silahkan antri dulu”.
3 Klenting : (berbicara bersamaan) “Iya pengawal ganteng”. (berbalik lalu menjulurkan lidah, wekk)
Setelah semua peserta telah selesai
mendaftar, datanglah Klenting Kuning dengan berlari tergesa-gesa. Setelah
Klenting sampai di tempat pendaftaran, ia pun berhenti sambil mengatur nafas
dan membungkuk.
Klenting Kuning : (bertanya sambil mengatur nafas) “E.. E..
Apakah saya terlambat pengawal ?
Sepertinya saya terlambat”.
Pengawal : (dalam hati : Dia cantik juga yah, apa salahnya saya memberi kesempatan)
“Iyah anda
terlambat nona, pendaftaran sudah
ditutup, tapi apa salahnya jika anda mencoba
walaupun terlambat. Cepatlah
masuk sebelum nona lebih terlambat lagi”.
Klenting Kuning : (tersenyum dan menyalami tangan pengawal)
“Terima kasih pengawal saya akan
mengingat kebaikanmu sekali
lagi terima kasih”.
Tiba waktunya Ande-ande Lumut untuk
memilih.
Pengawal : (memanggil 3 Klenting) “Klenting Merah, Klenting Hijau, Klenting
Biru silahkan masuk”.
3 Klenting : (sambil sibuk mencari tempat)
Klenting Merah : (sambil mendorong saudaranya) “Eh geser,
sana-sana . Sempit tau”.
Klenting Hijau : “Iya iya sabar”.
Klenting Biru : (sibuk merapikan baju dan make-up nya)
Pangeran : “Kalian siap ?”.
3 Klenting : (langsung spontan menjawab) “Iyye”.
Pangeran : “Baiklah, Pertanyaannya
sewaktu kalian datang kesini, kalian menggunakan kendaraan
apa?”.
Klenting Hijau : “Kami diantar oleh
Yuyun Kangkang”.
Pangeran : “Apakah kalian
membayar?”.
Klenting Merah : “Jelas dong
pangeran, kami kan orang kaya. Tidak lihatkah dari pakaian yang kami kenakan, sangat berkelas. Jadi
tentulah kami membayar mahal untuk dapat bertemu pangeran”.
Pangeran : “Terima kasih atas
jawaban kalian. Silahkan keluar”.
3 Klenting : "Udah gitu aja?"
Pengawal : (memanggil Klenting Kuning) “Klenting Kuning silahkan masuk”.
Pangeran : (mempersilahkan duduk) “Silahkan duduk Klenting Kuning”.
Klenting Kuning : “Iya, terima kasih
pangeran”.
Pangeran : “Pertanyaannya sewaktu
kamu datang kesini, kamu menggunakan kendaraan apa?”.
Klenting Kuning : “Saya menyebrangi
sungai sendiri”.
Pangeran : “Dengan menggunakan apa
?”.
Klenting Kuning : “Saya menggunakan
sebuah pusaka yang saya peroleh ketika saya mendengar
suara ghaib”.
Pangeran : (dengan antusias ingin tahu) “Coba saya lihat pusaka itu!”.
Klenting Kuning : (memberikan pusaka tersebut)
Pangeran : (membolak-balikkan pusaka) “Wah, bagus juga pusaka ini. Jadi dengan
bantuan benda ini kau gunakan untuk mendatangi
saya?”.
Klenting Kuning : (mengangguk seraya menjawab) “Iya
pangeran”.
Pangeran : “Baiklah, terima kasih
nona, silahkan keluar”.
Klenting Kuning : (sambil tersenyum lalu meninggalkan ruangan)
“Sama-sama pangeran”.
Pangeran
pun langsung mendatangi Mbok Rondo Dadapan untuk memberi tahu wanita mana yang
telah ia pilih. Mbok Rondo pun setuju, lalu pangeran memanggil pengawal untuk
masuk dan memberitahu kepada para nona-nona yang sudah menunggu diluar untuk
masuk kedalam ruangan. Karena pangeran akan mengumumkan siapa yang ia pilih.
Pangeran : (memanggil pengawalnya) “Jo.. Bejoo, sini Jo. Ada yang ingin saya
sampaikan”.
Pengawal : (masuk dan langsung menghadap pangeran) “Iya pangeran, apa yang
ingin pangeran sampaikan ?”.
Pangeran : “Tolong kamu kumpulkan
semua nona-nona yang telah mendaftar tadi dan suruh mereka masuk ke
dalam ruangan, karena saya akan segera mengumumkan siapa yang akan saya pilih”.
Pengawal : “Siap pangeran”. (langsung pergi keluar ruangan)
Suasana
diluar sangat ribut, karena nona-nona yang sudah mendaftar itu saling berdebat
mengenai siapa yang akan dipilih oleh pangeran. Keluarlah Pengawal, dan
langsung menyuruh mereka untuk berkumpul di dalam ruangan. Mereka pun tidak
sabaran, dan langsung menyerobot untuk masuk pertama ke dalam ruangan. Di dalam
ruangan pangeran sudah menunggu bersama Mbok Rondo Dadapan.
Pangeran : (mendehem) “Ehem, ehem. Saya sudah memilih siapa di antara kalian
yang akan saya jadikan sebagai pendamping hidup
saya, dan saya meminta maaf bagi siapa saja yang tidak terpilih. Karena saya
menginginkan sosok wanita yang baik hatinya, prilaku, maupun perkataannya”.
Seketika
suasana menjadi hening, hanya suara jangkrik yang terdengar. Semua nona-nona
beserta para klenting merasa deg-degan.
Pangeran : (memecah kesunyian) “Hari ini dan pada saat ini, saya akan membuat
sebuah pengakuan
yang mungkin tidak akan kalian
duga. Saya
adalah seorang pangeran, nama saya adalah
Pangeran Panji Inu Kerta
Patih dari Kerajaan Kediri. Tujuan saya mengadakan sayembara
ini
untuk mencari cinta saya yang sudah selama 9 tahun terpisah, dan saya sudah
menemukannya. Dan cinta saya itu adalah Dewi Galuh Candra Kirana, atau sering
kalian
sapa dengan nama Klenting Kuning”.
(Musik :
Christina Perri-A thousand years)
Semua nona-nona yang berada disitu termasuk
3 saudara Klenting Kuning terkejut dan langsung jatuh pingsan. Klenting Kuning
yang seolah-olah tidak percaya, hanya bisa tersenyum sambil menatap dalam-dalam
wajah pangeran yang selalu diimpikannya itu, selepas pertemuannya 5 tahun yang
lalu di pinggir sungai.
Pangeran : (dengan wajah santai namun terlihat serius)
“Klenting Kuning, hari ini Allah SWT telah
mempertemukan kita kembali, dan
saya yakin engkaulah jodoh yang dikirimkan-Nya
untuk saya. Klenting
Kuning, sudikah kau untuk menerima pinanganku ini?”.
Klenting
Kuning : (menjawab dengan malu-malu)
“Pangeran, bukan maksud hati saya untuk
menolak pinangan pangeran, namun bukan
pula maksud saya untuk menerima
pinangan pangeran. Karena saya
tidak menerima pangeran tetapi saya memilih
pangeran untuk
menjadi pendamping hidup saya selamanya”. (lalu tersenyum)
Pangeran pun langsung memegang tangan
Klenting Kuning sambil menatap lekat-lekat wajah pendamping hidupnya itu.
Klenting Kuning pun merasa malu dan merundukkan kepala, namun pangeran
mengangkat dagu Klenting Kuning dan mereka kembali bertatapan. Lalu Klenting
Kuning pun mencium tangan pangeran sebagai tanda kasih sayangnya.
Ditengah-tengah keromantisan mereka berdua, Mbok Rondo Dadapan dan pengawal pun
serentak mengganggunya.
Mbok Rondo
Dadapan dan Pengawal : (sambil tertawa)
“Ciee.. Ciee.. Priwitt, Priwitt”.
Pengawal : (sambil berangan-angan) “Kapan saya bisa
seperti pangeran juga yah?”.
Prolog
Adegan
4
Babak
1 (di rumah Klenting Kuning)
Setelah
sadar, ketiga saudara Klenting Kuning pun langsung pulang dan menangis.
Sesampainya dirumah, Mbok Rondo Klenting pun dibuat kebingungan oleh ketiga putrinya itu.
Klenting Merah : (sambil menangis) “Pangeran jahat.. Pangeran jahat banget. Kenapa
coba harus Klenting Kuning yang dipilih ?
Kenapa bukan saya ?”.
Klenting Hijau : (sambil menangis dan memegang tangan Mbok Rondo Klenting) “Pokoknya Mbok harus marahin Klenting Kuning, pokoknya
harus !! harus !! kalau perlu usir
saja dia dari rumah ini Mbok”.
Klenting Biru : (hanya menangis merengek-rengek)
Mbok Rondo Klenting : (menyimpan amarah sambil menemangkan
anak-anaknya) “Hah,
tega-teganya Klenting Kuning melakukan hal
seperti itu ? Pelet semacam
apa yang sudah bocah tengil itu
gunakan ? Kenapa bisa pangeran
memintanya untuk menjadi
pendamping hidupnya ?. Sudahlah
anak-anakku, biar Mbok yang
mengurus Klenting Kuning, dia harus
mempertanggung jawabkan semua
yang telah dia lakukan kepada kalian”.
Malam
harinya Klenting Kuning pun pulang kerumah dan kini dia tidak sendirian,
Pangeran Ande-Ande Lumut dan Pengawalnya Bejo pun ikut menemani Klenting Kuning
pulang ke rumahnya. Sesampainya di depan pintu, langkah Klenting Kuning pun
dihentikan oleh Mbok Rondo Klenting.
Mbok Rondo Klenting : (dengan penuh amarah) “Stop ! untuk apa
kamu kembali kesini lagi ?
Belum puaskah kamu telah menyakiti
anak-anak saya dengan bersedia untuk
menerima pinangan dari
Pangeran Ande-Ande Lumut. Belum puaskah ?”.
Klenting Kuning : (menjawab pertanyaan Mbok Rondo Klenting sambil menangis) “Tidak Mbok, tidak. Maafkan saya Mbok”.
Mbok Rondo Klenting : (dengan penuh amarah) “Apa kamu bilang ?
Maaf ? maafmu itu belum
cukup untuk menebus semua rasa sakit
hati yang dialami oleh anak-anak
saya. Dan kenapa kamu kesini
dengan membawa calon suamimu itu ? Apa
kamu masih ingin membuat
anak saya semakin sakit hati?”.
Pangeran Ande-ande Lumut : (menjawab dengan santai) “Mbok,
kedatangan saya kesini beserta
dengan Klenting Kuning bukan
dengan tujuan ingin menyakitkan
hati
anak-anak Mbok, saya hanya ingin meminta ijin Mbok untuk
sekiranya mengijinkan saya untuk menikahi Klenting
Kuning dan
mengajaknya untuk tinggal di kerajaan saya.
Apakah Mbok
mengijinkannya?”.
Klenting Kuning : (menangis sambil memegangi kaki Mbok Rondo Klenting) “ Maafkan saya Mbok, maafkan saya”.
Mbok Rondo Klenting : (Menjauhkan Klenting dari kakinya) “Pergi
sana kamu, awas kamu kembali
lagi kerumah ini. Mulai saat ini
kamu bukan anak Mbok lagi !!”. (langsung
menutup pintu dengan membantingnya)
Adegan
4
Babak
2 (di perjalanan ke rumah Mbok Rondo Dadapan)
Klenting
Kuning pun semakin merasa bersalah, Pangeran Ande-ande Lumut pun langsung
berusaha menenangkan Klenting Kuning. Pangeran Ande-ande Lumut, Klenting
Kuning, dan Pengawal pun kembali lagi ke rumah Mbok Rondo Dadapan. Sesampainya
disana, Mbok Rondo Dadapan pun kaget dan bingung dengan apa yang terjadi pada
Klenting Kuning.
Mbok
Rondo Dadapan : (bingung) “Ya Ampun
Ndok, apa yang sudah terjadi padamu?”. (sambil
berusaha memenangkan Klenting Kuning yang masih menangis)
Pangeran : (berusaha menjelaskan apa yang terjadi pada Mbok Rondo Dadapan)
“Klenting Kuning
diusir dari rumahnya Mbok, karena
dianggap telah menyakiti Mboknya dan juga ketiga
saudara-saudaranya. Dan
saat ini Klenting Kuning sudah tidak mempunyai tempat tinggal
lagi”.
Mbok
Rondo Dadapan : (sambil menenangkan
Klenting Kuning dan meyakinkannya) “Ndok, kamu
adalah calon istrinya anaknya Mbok
sendiri, dan pastinya Mbok juga sudah
menganggap kamu sebagai
anaknya Mbok sendiri. Kamu boleh tinggal
disini Ndok,
sampai kapanpun kamu mau”.
Klenting Kuning : (dengan wajah berbinar-binar) “Bener Mbok?”.
Mbok
Rondo Dadapan : (kembali meyakinkan
Klenting Kuning) “Bener Ndok, Simbok sayang sama
Klenting Kuning”.
Klenting Kuning : (mengucapkan terima kasih sambil tersenyum) “Terimakasih Mbok, Klenting
Kuning juga sayang Simbok”.
Mbok
Rondo Dadapan : (tersenyum sambil
mengangguk-anggukan kepala)
Beberapa
bulan kemudian, Pangeran Ande-ande Lumut dan Klenting Kuning melangsungkan
pernikahannya di rumah Mbok Rondo Dadapan. Ia juga mengundang Mbok Rondo
Klenting dan ketiga saudaranya, namun mereka tidak datang. Klenting Kuning pun
mendengar kabar bahwa rumah Simboknya itu terbakar, dan sekarang Simboknya dan
ketiga saudaranya itu menjadi gelandangan.
Prolog
Adegan
5
Babak
1 (dirumah Mbok Rondo Dadapan)
Pangeran
Ande-ande Lumut, Klenting Kuning, Pengawal dan Mbok Rondo Dadapan akan pergi ke
Kerajaan Kediri. Karena Pangeran Ande-ande Lumut ingin mengenalkan Klenting
Kuning kepada Ayahnya di Kerajaan Kediri. Namun, Klenting Kuning teringat akan
Simbok dan ketiga saudaranya itu.
Klenting Kuning : (memohon) “Mas, bolehkan saya mengajak Simbok dan ketiga saudara saya untuk
tinggal bersama kita semua di
Kerajaannya Mas ? Saya selalu mengkhawatirkan
mereka semua”.
Pangeran : (sambil menghela nafas panjang) “Yasudah jika itu yang kamu inginkan
sayang, lakukanlah. Mas tidak bisa memaksakannya,
karena mereka adalah keluargamu juga”.
Klenting Kuning : (mengucapkan terima kasih) “Terimakasih Mas”.
Pengawal
Pangeran Ande-ande Lumut pun langsung segera menjemput Simbok dan ketiga
saudara Klenting Kuning dan membawanya ke Kerajaan Kediri. Sesampainya mereka
disana, mereka langsung disambut hangat oleh keluarga Kerajaan Kediri, dan
tentunya juga oleh Klenting Kuning. Simbok dan ketiga saudaranya pun langsung
meminta maaf kepada Klenting Kuning. Ayah dari Pangeran Ande-ande Lumut pun
sangat bahagia.
Ayah Pangeran : (mengucapkan selamat) “Selamat anakku, kini kau telah menemukan kebahagiaanmu. Ayah doakan keluargamu
menjadi keluarga yang sakinah,
mawaddah, warahmah. Amin”.
Pangeran : (sambil tersenyum) “Terima kasih ayah, Amin Ya Rabbal Alamin”.
Ayah Pangeran : “Oiya satu lagi anakku
yang ingin Ayah sampaikan. Istrimu cantik sekali”.
Pangeran : (tertawa)
Malam
itu diadakan sebuah acara pesta besar-besaran bagi seluruh warga Kediri dan
juga sebagai pengumuman bahwa Putra Mahkota Kerajaan Kediri telah menemukan tambatan
hatinya, semua orang pun berkumpul untuk merayakannya.
(musik penutup BCL – Cinta Sejati)
= S E L E S A I =