Kamis, 17 Juli 2014

Just Nostalgia (Drama : Ande-Ande Lumut)


D R A M A

ANDE-ANDE LUMUT
 (Adaptasi Bebas)

Kelompok 2

1.   Agistiyani (Mbok Rondo Klenting)

2.   Asmawati (Klenting Merah)

3.   Ersa Risky Iftikar (Mbok Rondo Dadapan)

4.   Gunawan Prasetyo (Ayah Pangeran Ande-ande Lumut)

5.   Iftitah Yachintia B. A. (Klenting Kuning)

6.   Julia Dwi Rismala (Klenting Hijau)

7.   Lutfiah Azizah (Yuyun Kangkang)

8.   Mirnawati (Penyihir)

9.   Muhammad Noor (Pengawal Pangeran Ande-ande Lumut)

10.  Muhammad Rifky D. (Pangeran Ande-ande Lumut)

11.  Putrie Selvina A. (Klenting Biru)

XI IPS 1

TAHUN AJARAN 2013/2014





Prolog
(Pembuka : musik gending 1)

Babak 1

Adegan 1 (di rumah Klenting Kuning)
           Pada sore hari di halaman rumah, Klenting Kuning sedang menyapu halaman, dan pada saat Klenting Kuning sedang menyapu halaman datanglah Pengawal mengantarkan surat dari Pangeran untuk Klenting Kuning.

(Kring .. kring .. kring .. kring ..)
Pengawal : (memarkirkan sepedanya lalu mendatangi Klenting Kuning yang sedang menyapu)
                   “Apakah benar ini rumah Mbok Rondo Klenting?”. 

Klenting Kuning : “Iya, benar ini rumah Mbok Rondo Klenting, ada keperluan apa?”                               (sambil tersenyum ramah).

Pengawal : “Dapatkah saya bertemu dengan Klenting kuning?”.

Klenting Kuning : (sambil mengerutkan kening kebingungan) 
                              "Iya, ini saya sendiri. Maaf ada apa yah pengawal mencari saya?”.

 Pengawal : (sambil mengucap syukur karena langsung bertemu dengan Klenting Kuning
                    "Syukurlah, kita langsung dipertemukan. Tujuan hamba datang kemari ingin
                    memberikan surat dari Pangeran untuk Klenting Kuning”.

Klenting Kuning : (kembali mengerutkan kening) “Untuk saya ? Terima Kasih”.

 
Pengawal : (tersenyum seraya berpamitan pulang) “Sama-sama, karena hamba telah                                          memberikan pesan dari pangeran ini. Hamba pamit pulang. (sembari                                                   membalikan badan).

            Lalu Pengawal pun pulang dengan menggunakan sepeda tuanya, dan Klenting kuning pun langsung melanjutkan pekerjaannya dengan perasaan hati yang masih bertanya-tanya. Setelah selesai mengerjakan tugasnya, Klenting kuning pun berjalan memasuki kamarnya sambil membaca surat yang dikirimkan oleh pangeran.
 
Klenting kuning : (berbicara sambil berbisik) “oh iya, besok pagi dipinggir sungai”.                                                          (sambil tersenyum)
 
         Tiba-tiba terdengar suara yang keras dan penuh dengan amarah yang berasal dari dapur.

Mbok Rondo Klenting : (teriak) “Klenting Kuning sini kamu!!”.

Klenting Kuning : (sambil berlari tergesa-gesa) “dalem Mbok”.

Mbok Rondo Klenting : (masih tetap berteriak) “cepattt !!”

Klenting Kuning : (sambil mengatur nafas) “Iya Mbok, ada apa Mbok memanggil saya?”

Mbok Rondo Klenting : (masih dalam keadaan marah) “kamu dari mana?”.

Klenting Kuning : (menunduk sambil menjawab) “ Anu .. Anu .. Anu Mbok”.

Mbok Rondo Klenting : (memotong pembicaraan klenting) “Anu .. Anu .. Anu apa?”

Klenting Kuning : (dengan ekspresi ketakutan akan dimarahi) “Anu Mbok, tadi klenting dari                          kamar Mbok, mau istirahat”.

Mbok Rondo Klenting : (dengan ekspresi marah) “Istirahat katamu ?!!, Tidak lihat apa                                           kerjaan di dapur itu masih menumpuk”.

Klenting Kuning : (dengan wajah menunduk dan meminta maaf) “Maaf Mbok, Klenting                                 tidak akan mengulanginya lagi”.

Mbok Rondo Klenting : (mendengus “huhh”) Yasudah, cepat sana masak !! Mbok dan                                            kakak-kakakmu sudah lapar”.

Klenting Kuning : (kembali mengangkat wajah) “Iya Mbok, segera Klenting kerjakan”.

     Klenting pun segera berjalan menuju dapur, namun langkahnya terhenti karena mendengan Mbok Rondo Klenting masih berbicara. Lalu Klenting Kuning kembali menghampiri Mbok Rondo Klenting.

Mbok Rondo Klenting : (berbicara sambil mengangkat jari telunjuk ke atas seraya mengingatkan)
                                       “Oiya, besok pagi jangan lupa mencuci pakaian”. 

Klenting Kuning : “Iya Mbok, besok Klenting kerjakan” (membalikkan badan sambil tersenyum).

        Klenting Merah yang sedang berada di dalam kamar Klenting Kuning secara tidak sengaja melihat sepucuk surat di atas tempat tidur Klenting Kuning.

Klenting Merah : (sambil bertanya-tanya dan membolak-balikkan surat itu) “Surat apa ini?”

      Tanpa bertanya pada Klenting Kuning, Klenting Merah langsung mengambil dan mengantongi surat tersebut dan akan diberikannya pada Mbok Rondo Klenting.

       Mbok Rondo Klenting, Klenting Merah, Klenting Hijau, dan Klenting Biru sedang berkumpul di ruang tamu sambil mengobrol. Kemudian Klenting Merah mengeluarkan surat yang di dapatkannya di dalam kamar Klenting Kuning dan langsung di berikannya kepada Mbok Rondo Klenting.

Klenting Merah : (sambil memegang surat dan memberikannya pada Mbok Rondo Klenting)                             “Mbok, Saya mendapatkan surat ini di atas ranjang di dalam kamar                                                      Klenting Kuning”.

Mbok Rondo Klenting : (sambil mengerutkan kening dan menerima surat tersebut) “Surat                                        apa ini, Ndok?.” 

Klenting Hijau : (dengan bersemangat) “Buka .. Buka .. Buka .. Cepat buka suratnya Mbok.”

Klenting Biru : (dengan tidak sabaran) “Ayo Mbok, cepat udah gak sabar bah !.”

Mbok Rondo Klenting : (membuka surat sambil mengangguk-anggukan kepala) “Oh, jadi ini                                        yang dirahasiakan oleh Klenting Kuning dari kita semua !.”

Klenting Biru : (langsung nyeletuk) “Apa isi suratnya Mbok?.”

Mbok Rondo Klenting : (membalikkan badan, melipat kembali surat, lalu berkata) “Besok pagi   
                                       kalian membuntuti Klenting Kuning ke sungai. Tidak ada kata menolak”.

Klenting Merah : (dengan bertanya-tanya) “Buat apa coba saya membuntutinya?”.

Klenting Hijau : (memotong pembicaraan Klenting Merah) “Gak penting banget!!”.

Mbok Rondo Klenting : (dengan penuh emosi) “Sudah kalian ikuti saja apa kata Mbok mu                                        ini”.

Semua Klenting : (dengan berat hati) “Iya Mbok”.

          Klenting Kuning pun telah selesai berkutat dengan masakannya di dapur. Mereka pun menempati tempat masing-masing untuk makan malam. Keesokan harinya, Klenting Kuning pun bersiap untuk pergi ke sungai, dan ketiga saudaranya juga bersiap untuk membuntutinya.

Babak 2
Adegan 1 (di rumah perjalanan ke sungai)
(Musik Pembuka : Lagu “Ping Panther”)

Klenting Biru : (terkejut sambil menaruh jari telunjuk di depan bibir) “Sstt, ada yang datang.                          Ada yang datang”.

        Semua Klenting pun terpesona karena melihat ketampanan pemuda itu. Mereka pun terkejut melihat pemuda tersebut mendatangi Klenting Kuning yang sedang menyuci di pinggir sungai. 

Ande-ande Lumut : (dengan hati bertanya-tanya) “Apakah benar ini Klenting Kuning?”.

Klenting Kuning :(membalikkan badan dan terkejut) “I.. Iya , maaf kamu ini siapa ?”.

Ande-ande Lumut : (sambil tersenyum) “Apakah kamu anemia, eh eh salah-salah. Apakah                                  kamu amnesia ? Sampai-sampai kamu tak ingat denganku”. 

Penonton : (ciee”) 

(Musik : Armada “dimana letak hatimu”)

Klenting Kuning : (sambil mengerutkan kening) “oh kamu tukang panci itu ya?”.

Ande-ande Lumut : (sambil menunjuk diri sendiri) “Saya ?? Apakah wajah saya mirip dengan 
                                tukang pancinya apa dengan pancinya?”.
Penonton : (Huu..)

Klenting Kuning : (lalu tertawa dengan watados) “Hahaha, lah terus anda siapa?”.

Ande-ande Lumut : (Pangeran menceritakan masa lalunya) “Apakah kamu lupa dengan 5                                 tahun yang lalu, apa yang terjadi disini ? bulan ini ? dan tanggal ini ?”.

Klenting Kuning : (sambil menggarukkan kepala) “Memangnya apa yang terjadi disini ?                               bulan apa ? dan tanggal berapa ?. Kau saja belum menjawab pertanyaan                                              yang pertama, dan sekarang kamu malah mengajukan 3 pertanyaan                                                   sekaligus” (membalikkan badan dan berniat untuk meninggalkan Ande-                                             ande Lumut).

Ande-ande Lumut : (sambil menarik pergelangan tangan Klenting Kuning) “Jangan pergi                                 dong, baiklah saya akan menjelaskan siapa saya”. 

(Musik : D’massiv “Jangan Pergi”)

Ande-ande Lumut : (masih memegang tangan Klenting Kuning, dan kemudian menjawab                                  pertanyaan Klenting Kuning) “Saya adalah seorang Pangeran Panji Inu Kerta  
                                 Patih dari Kerajaan Kediri. Dan kamu adalah Dewi Galuh Candra Kirana, putri 
                                 Kerajaan Daha. 5 tahun yang lalu ditempat ini, saya pernah meminta kamu 
                                 untuk menjadi pendamping hidup saya, tapi kamu berkata, “Saya akan  
                                 menjawabnya 5 tahun kemudian di tempat yang sama dan waktu yang sama”. 
                                 Apakah kamu sudah ingat tentang hal itu?”.

Adegan 2

Babak 1
         Belum sempat Klenting Kuning untuk menjawab pertanyaan dari Ande-ande Lumut, ketiga saudaranya langsung masuk dan memukul Ande-ande Lumut menggunakan kayu. Ketiga saudaranya itu lalu membawa pulang Klenting Kuning. Tidak lama kemudian datanglah Mbok Rondo Dadapan.

Mbok Rondo Dadapan : (sambil mencari kayu Mbok Rondo Dadapan juga melihat-melihat                                         daerah sekitar dari kejauhan. Tiba-tiba Mbok Rondo Dadapan melihat 
                                        sesuatu yang tergeletak di pinggir sungai, lalu Mbok Rondo 
                                        menghampirinya, Mbok Rondo Dadapan pun memperhatikan orang 
                                        tersebut, lalu Mbok Rondo Dadapan mencoba untuk mengetahui orang 
                                        tersebut dengan cara membalikkan badan orang tersebut)                 
                                       “Wah, siapakah gerangan pemuda ini? Tampan sekali. Kenapa dia                                        tidur disini?”.
 
       Ande-ande Lumut pun tidak menunjukkan suatu reaksi yang berarti, tidak lama kemudian datangalah pengawalnya yang sedari tadi sibuk mencari-cari Ande-ande lumut.

Pengawal : (sambil terkejut dan berteriak) “Pangeran !!. (lalu berlari mendekati Ande-ande                               Lumut dan Mbok Rondo Dadapan) “Apa yang terjadi dengan pangeran ? Dan kamu  
                  siapa ? Oh, kamu yah yang mencelakakan  pangeran sampai dia menjadi seperti ini”.


Mbok Rondo Dadapan : (menyangkal tuduhan dari pengawal sambil mengada-adakan kedua                               tangannya sambil menggelengkan kepalanya) “Bukan !! Bukan !!                               Bukan saya !! Justru saya yang pertama melihatnya dan berniat ingin                               menolongnya”.

Pengawal : (sambil menyesal dan rasa malu) “Oh, maaf sudah menuduh Mbok yang tidak-tidak.  
                   Saya sangat Khawatir terhadap pangeran, karena saya sudah mencari pangeran 
                   kemana-mana tapi tidak menemukannya, dan saya melihat Mbok ada disamping pangeran
                   dengan keadaan pangeran yang tidak sadarkan diri”.
 
Mbok Rondo Dadapan : (sambil tersenyum) “Iya tidak apa-apa anak muda. Daripada kita berdiam 
                                        diri disini, lebih baik kita segera membawa pangeran kerumah saya untuk 
                                        menyadarkan pangeran dan sekalian kamu beristirahat dirumah saya karena 
                                        hari sudah malam”.

Babak 2
Adegan 2 (di rumah Mbok Rondo Dadapan)

            Pagi di rumah Mbok Rondo Dadapan, Bejo dan Mbok Rondo berada di dapur untuk mempersiapkan makan pagi. 

Ande-ande Lumut : (tersadar dari tidurnya lalu pangeran mencium aroma yang sedap sekali dari 
                                dapur rumah Mbok Rondo Dadapan sambil berbicara kecil) “Wah, harum sekali 
                                dari mana datangnya aroma ini (sambil berfikir berjalan dan keluar kamar sambil
                                menuju dapur, lalu Ande-ande Lumut melihat seorang wanita tua yang sedang 
                                memasak. Lalu ia juga melihat pengawalnya yang sedang memotong kayu bakar, 
                                lalu ia berkata) “Bejo ?”.

Pengawal : (menoleh dan melepaskan kampak di tangannya) “Iya pangeran, pangeran sudah                bangun ?”.

Pangeran : (dengan bingung) “Mengapa kamu dan saya berada disini ? Apa yang sudah terjadi?”.

Pengawal : (sambil mendekati dan merangkul bahu pangeran) “Ceritanya panjang pangeran,                  Wanita tua yang berada disana (sambil menunjuk ke arah Mbok Rondo Dadapan) yang 
                   telah menolong kita”.

Pangeran : (pangeran menatap Mbok Rondo dan mendekatinya)

Mbok Rondo Dadapan : (sambil mengelapkan tangannya ke belakang bajunya) “Kau sudah bangun  
                                        anak muda? Apakah kamu sudah agak baikan?”.

Pangeran : (sambil tersenyum dan mencium tangan Mbok Rondo Dadapan) “Terimakasih banyak 
                  Mbok, atas semua yang telah Mbok lakukan untuk menyelamatkan saya. Balas budi yang 
                  semacam apa yang Mbok inginkan?”.


Mbok Rondo Dadapan : (Mbok menjawab) “Saya tidak menginginkan apa-apa nak, saya hanya ingin 
                                       kamu dan temanmu itu menjadi anak saya dan tinggal bersama di gubuk ini,
                                       karena saya tidak mempunyai keluarga lagi. Saya sudah lama hidup 
                                       sebatang kara”.

Pangeran : (sambil tersenyum dan langsung menjawab) “Baiklah jika itu yang Mbok inginkan, saya 
                  dan teman saya ini akan menjadi anak Mbok dan tinggal menetap dirumah ini”.

Mbok Rondo Dadapan : (sambil tersenyum dan menangkupkan tangan di depan dada) “Akhirnya. 
                                        Terimakasih banyak anakku (sambil memegang tangan Ande-ande Lumut)”.

Prolog
Adegan 3

Babak 1 (di rumah Mbok Rondo Dadapan)
(Musik pembuka : gending 1)

             4 tahun kemudian, Pangeran menghampiri Mbok Rondo yang sedang merajut.

Ande-ande Lumut : (duduk menghampiri Mbok Rondo Dadapan) “Mbok, ada yang ingin saya
                                katakan?”.

Mbok Rondo Dadapan : (sambil fokus merajut ) “Ada apa anakku?, apa yang ingin kamu                                         sampaikan?”.

Ande-ande Lumut : (sambil malu-malu) “Hmm, begini Mbok. Sebenarnya saya ini adalah seorang 
                                pangeran dari Kerajaan Kediri, dan teman saya itu adalah pengawal pribadi 
                                saya”
 
Mbok Rondo Dadapan : (terkejut dan tangannya pun tertusuk jarum) “Aww, apakah benar yang                                        kau katakan itu anakku?” 

Penonton : (Cius, miapa ?)

Pangeran dan Mbok Rondo Dadapan : (sambil melirik ke penonton dan berkata Ndasmu !!)

Penonton : (Lanjut kembali ke TKP)

Pangeran : (panik) “Aduh Mbok, Mbok tidak apa-apa?”. (sambil memegang tangan Mbok Rondo
                  Dadapan yang tertusuk jarum)

Mbok Rondo Dadapan : (tersenyum) “Iya tidak apa-apa anakku, ini hanya kecelakaan kecil.                                        Lanjutkan anakku apa yang kau ingin katakan tadi?”.

Pangeran : (melanjutkan pembicaraan) “Hmm, iya Mbok. Itu semua benar adanya. Kami berdua    
                  tidak mengada-ada dengan kenyataan itu”.

Mbok Rondo Dadapan : (sekali lagi terkejut) “Iya nak, Mbok percaya. Terus kalau begitu apa                                         yang ingin kamu lakukan? Apakah kamu akan meninggalkan Mbokmu      
                                        ini?”. (sambil menatap mata Ande-ande Lumut)

Pangeran : (melanjutkan pembicaraan) “Tidak Mbok, awalnya sebelum saya berada disini saya ingin 
                  bertunangan dengan seorang gadis bernama Klenting Kuning, tetapi musibah datang, saya 
                  sudah terpisah dengan dia sudah selama 9 tahun. Saya ingin mengadakan sayembara di 
                  desa ini, agar dapat bertemu dia lagi”.

 
Mbok Rondo Dadapan : (tersenyum manis) “Baiklah nak, kalau itu yang kamu inginkan. Lakukanlah 
                                        anakku, jika itu yang membuatmu bahagia, doa Mbok menyertai perjalanan 
                                        untuk mencari cintamu itu”.

Pangeran : (sambil tersenyum) “Baiklah Mbok”.

Adegan 3

Babak 2 (di rumah Mbok Rondo Klenting)
            Ruangan rumah sederhana. Tampak rapi dan bersih. Meja dan kursi tertata rapi di tengah ruangan, dipojok kanan terdapat meja kecil. Klenting Merah dan Klenting Biru tampak sedang bersolek. Klenting Kuning masuk dengan baki ditangan. Di atas baki ada minuman dan makanan kecil. Makanan dan minuman diletakkan dimeja kecil.

Klenting Merah : (memanggil Klenting Kuning) “Ayo. Kuning sini. Sisir rambutku!”.

Klenting Kuning : (sambil menyisiri Klenting Merah) “Kakak cantik sekali”.

Klenitng Biru : (sinis, menirukan kata-kata Klenting Kuning) “Kakak cantik sekali”. (tidak  sabar
                         “Tidak usah menjilat. Ayo, cepat selesaikan pekerjaanmu, setelah itu pegangi 
                         cerminku”.
 
                   Tiba-tiba terdengar panggilan dari dalam.

Mbok Rondo Klenting : (dengan emosi) “Kuniiing!! Cepat kemari!!!”.

            Klenting Kuning terburu-buru mengambil bakinya. Klenting Merah menggerutu sambil memakai pensil alis. Klenting Biru memakai lipstik. Ibu tiba-tiba muncul dan mengejutkan Klenting Kuning. Baki yang dibawanya terjatuh. Semua terkejut. Pensil alis mencoreng kening Klenting Merah. Lipstik mencoreng pipi Klenting Biru.

Mbok Rondo Klenting : (marah) “Dasar, anak malas! Dipanggil tidak segera datang. Malah bikin 
                                        ribut saja. Kalau sampai ada barang-barang rusak, ku hukum kau tidak boleh
                                        makan tiga hari. Cepat masak untuk kami!”.

        Klenting Kuning keluar. Dari luar terdengar suara Pengawal sambil berteriak berkali-kali.

Pengawal : (sambil berteriak) “Pengumuman, pengumuman! Ada perjaka mencari calon istri!”.

Klenting Merah + Klenting Biru : (wajah berbinar sambil berlari keluar) “Apa itu?!”.

Mbok Rondo Klenting : (sambil memanggil klenting-klenting) “Hei, kalian tunggu! Wajah kalian 
                                       (berkata sendiri) Aduuh! Wajah belepotan kayak gitu  mau ketemu orang”.

              Klenting Merah dan Klenting Biru kembali masuk sambil menggandeng seorang lelaki yang tampak kebinggungan.

Pengawal : (kebingungan) “Walah, saya mau diapakan ini?”.

            Klenting Merah, Klenting Hijau dan Klenting Biru mendudukan pengawal dikursi dan menjamunya. Pengawal melihat Klenting Merah dan Klenting Biru lalu tertawa sambil memegang perutnya. Klenting Biru dan Klenting Merah kebinggungan. Ibu mengalihkan perhatian.

Mbok Rondo Klenting : (memanggil pemuda) “Hei, pemuda jelek! Cepat ceritakan pengumuman 
                                        yang kau bawa! Siapa yang mencari istri? Pasti bukan kau sendiri kan?!”.

            Klenting Kuning Mengintip, ingin tahu berita itu.

Pem                             Pengawal : (kebingungan) “Waaah….sabar, Bu! Saya segera ceritakan kabar yang menggemparkan 
                                                       gadis-gadis di Desa ini. Iya, bukan saya yang saya cari calon istri. Lha wong, gadis-gadis 
                                                       itu sudah rebutan saya kok. Tidak usah pakai pengumuman lagi dong”.

Ibu                               Mbok Rondo Klenting : (memotong pembicaraan pengawal) “Jangan banyak cakap! Ceritakan saja  
                                                                            beritanya!”.

Pem                             Pengawal : (mulai menceritakan) “Di desa seberang sungai sana, tepatnya di Desa Dadapan, ada 
                                                       seorang perjaka gagah lagi rupawan mencari seorang pendamping hidup. Namanya 
                                                       Ande-Ande Lumut. Gadis-gadis yang ingin menjadi istrinya diminta datang ke rumah 
                                                       Mbok Rondo Dadapan. Nanti Si Ande-Ande Lumut akan memilih salah satu dari 
#                                                     mereka”.

Klenting Hijau : (dengan penuh harapan) “Oh, Kakanda Ande Ande Lumut! Ibu, ijinkan kami ke 
                           Desa Dadapan”.

Klentin                        Klenting Biru : (meyakinkan Mbok Rondo Klenting) Benar, Bu. Pasti dia akan memilih salah seorang 
                                                             dari kami.

Klenting Merah : (dengan nada sombong) “Pasti dia bakal memilih saya”.

Klenting Hijau + Klenting Biru : “OHH TIDAK BISA!!”. (sambil menggoyang-goyangkan 
                                                     telunjuknya)

Pengawal : (tertawa terpingkal-pingkal) “Haa.. ha.. ha.. ha! Ya.. yaaa… Kalau Ande Ande Lumut 
                   memilih kalian, pasti hidupnya penuh tawa, didampingi badut-badut lucu. Ha.. ha.. ha..".

Pemba                                    Pembawa Berita berjalan keluar. Ibu memarahi anak-anaknya.

Mbok Rondo Kenting : (memarahi Klenting-klenting) “Kenapa kalian ini jadi bodoh? 
                                      Memperlihatkan muka seperti itu dihadapan orang lain!”.

Klenting Biru : (menyombongkan diri) “Kenapa, Bu? Bukankah kami cantik dan menawan?                          Iya kan, Kak?” (menengok ke arah Klenting Merah dan terkejut) “Alismu!”.

Klenting Merah : (sambil memegangi alis, lalu melihat ke Klenting Biru) “Biru, pipimu!”.

Klenting Hijau : (tertawa terpingkal-pingkal) “Hahahahaha, kalian memang seperti badut”.

            Keduanya mengambil cermin dan histeris. 

(Musik  : suara ghaib)

Suara Ghaib : (terdengar suara menakutkan) “Hai gadis cantik?”.

Kleting kuning : (ketakutan) “Siapa kamu?”.

Suara Ghaib : (menyakinkan Klenting Kuning) “Kamu jangan takut aku sifat baik yang ada                                  dalam dirimu?”.

Kleting kuning : (bertanya kembali) “Mau apa kamu?”.

Suara Ghaib : (menjawab pertanyaan) “Aku akan memberimu sebuah pusaka, terimalah.                                       Semoga pusaka ini kelak akan berguna bagimu. Ini namanya Jimat Kalimosodo.
                       Terimalah gadis baik”.

Kleting kuning : (berterimakasih) “Iya terimakasih”.

Adegan 3
Babak 3 (perjalanan Klenting Hijau. Klenting Biru, dan Klenting Merah untuk menuju kerumah Penyihir)

            Ketiga saudara dari Klenting Kuning ini berniat untuk menemui penyihir karena ingin menggagalkan usaha dari Klenting Kuning untuk mencapai ke Desa Dadapan.

Klenting  Hijau: (mengetuk pintu dengan tidak sabarnya) “Permisi.. Permisi..Permisi..                                               helloww ada orang”.

Klenting Biru: (menyabarkan kakaknya si klenting hijau) “Sabar bah ka’ mungkin saja                                            tidak ada neneknya.”

Klenting Merah: (teriaknya) “woii nenek-nenek dimana kau? Sudah tua, tak dengar pula.                             Iyuhhh.”

Penyihir : (tiba-tiba muncul dari belakang dan mengejutkan para klenting) “Sedang apa kalian 
                disini. Datang tak diundang, teriak-triak tak karuan. Dasar anak-anak tak punya sopan 
                santun.”

Klenting Merah : (berbisik kepada klenting biru) “ini nenek-nenek datang-datang langsung                             marah-marah. Siapakah gerangan ?”.

Klenting Hijau : (menjelaskan kepada nenek tua itu) “saya datang kemari untuk bertemu dengan 
                           penyihir yang mempunyai rumah ini. Apakah anda tau siapa dan yang mana orang 
                           yang tinggal dirumah. Maksud saya nenek-nenek tua pemilik rumah ini?”

Penyihir : (membuka pintu dan meyilakan masuk para klenting) “silakan masuk, duduk lah.                            Tapi jangan sentuh barang-barang yang ada dirumah ini.”

            Para klenting pun memasuki rumah penyihir tersebut. Mereka merasa tertegun ketika memasuki rumah penyihir. Disana terdapat barang-barang yang tidak pernah terlihat oleh mata mereka. Penyihir pun mempersilakan duduk kepada tiga klenting.

Penyihir : (Mempersilakan duduk kepada tiga klenting) “Silakan duduk! Ada apa kalian datang 
                kerumahku ini? Saya kira saya tau apa yang kalian inginkan.”

Klenting Biru : (menjelaskan maksud kedatangan mereka) “Kita kesini ingin.”

Penyihir : (memotong pembicaraan Klenting Biru) “Ya. Saya tau maksud kedatangan kalian kemari. 
                 Saya bisa membantu kalian tetapi dengan satu syarat. Kalian harus membawa barang 
                 berharga milik Klenting Kuning, saudara kalian itu. Dan saya akan menghalang-halangi 
                 kepergian Klenting Kuning menuju Desa Dadapan itu.”

Klenting Hijau : (dengan penuh pertanyaan) ”apa yang kita harus ambil darinya, dia saja                             tidak punya barang berharga. Rumah saja numpang, apalagi dengan barang                             berharga. Bagaimana bila kita ganti dengan uang. Uangkan sangat berharga,                             berapa pun yang kamu mau kita berikan.”

Penyihir : (memukul meja yang ada dihadapannya) “loe kira ini pasar, loe loe pada mau nawar. Ooo 
                 tidak bisa!!” 

Penonton : (toenggg.. toenggg)

            Ketiga klenting nyolot..!!!

Klenting hijau : “Gayamu nek-nek selangit !”

Klenting biru : “Omongan lue sama umur gak matching bro.”

Klenting merah :”Ingat umur jeng, bau tanah” (ketiga klenting tersebut tertawa terbahak-bahak)

Penyihir : (mengeluarkan benda kesayangannya, ia pun melemparkan gayung kepada ke tiga                             klenting tersebut) “pergi kalian, dasar anak-anak tak punya sopan santun.”

Klenting merah : (menjawab amarahnya penyihir) “iyee ngronto lagi ate’e itu!”

Adegan 3
Babak 3 (Perjalanan menuju sungai)

            Sepulang dari rumah penyihir ketiga klenting pun langsung bergegas menuju rumah Ande-Ande Lumut di Desa Dadapan. Sesampai nya disungai ketiga klenting itu bertemu dengan Yuyun Kangkang. Dia yang menguasai sungai itu. Dialah si Yuyun kangkang yang licik. Di sungai yang airnya deras disanalah Yuyun Kangkang hidup.

Kleting merah : (dengan wajah terkejut) ”Wah!!! sungainya banjir.”

Kleting biru : (kebingungan) “Iya ka, gimana kita akan menyeberang?.”

Kleting hijau : (menunjuk ke arah Yuyun Kangkang) “Sebentar-sebentar, lihat itu ada Yuyun 
                        Kangkang.”

(Musik : Ayu Ting Ting “Alamat Palsu”)

Kleting merah : (dengan semangat ia memberi pendapat) “Wah !! iya,kita minta tolong yuyun 
                          kangkang aja yuk.?” 

Penonton : (capcus..cint,)

Kleting biru dan hijau : (sambil mendatangi ke arah yuyun kangkang)”Iya, ayo..ayo”

Kleting merah : (mencari yuyun kangkang)”Yuyun kangkang… yuyun kangkang…”

Yuyun kangkang : (muncul didepan para klenting)”Haha. Ada apa anak –anak centil?”

Kleting merah : (meminta tolong dengan penuh harapan)”Yuyun kangkang.Aku minta                                            tolong disebrangkan lewat sungai ini?”

Yuyun kangkang : “Wah…itu berat sekali, sungai ini berbahaya, aku minta imbalan?”

Kleting Hijau :”Imbalannya apa to..uang??  Wah kamu itu mata duitan.”

Kleting biru : “Iya nih.yuyun kangkang mata duitan.” 

Penonton : (iyuhh)

Yuyun kangkang : “Tidak, duit mah aku gak doyan.”

Kleting-kleting : “Prett….”

Yuyun kangkang : “Imbalannya adalah bisakah kalian membuat ku lebih tinggi dari ini?”

Kleting merah : (dengan wajah memerah dan nyolot) “eh. Yuyun!! Kalo saya bisa membuat                           orang lebih tinggi. Dari dulu saya sudah tinggi kalee.” 

Penonton : (huuuuuu)

Klenting Hijau : “iyeee.. kontak batin nih..”

Klenting Biru : “sudah..sudah, gimana ini cara kita menyebrangi sungai ini Yuyun kangkang”.

Yuyun kangkang : “siapa yang bisa membayar saya dengan lebih tinggi. Saya akan  
                              menyebrangkannya duluan”

Kleting Biru    : “ Ya udah jika begitu”

(yuyun kangkang menyebrangkan kleting merah. Biru dan hijau bergantian)

            Setelah Yuyun Kangkang menyebrangkan ketiga klenting itu, tiba-tiba klenting Kuning datang dan ingin meminta tolong kepada Yuyun Kangkang.

Yuyun Kangkang : “ ada perlu apa kamu kesini?”

Klenting Kuning : “ saya ingin menyebrangi sungai untuk bertemu dengan Ande-ande 
                              lumut, bisakah kau mengantarkan aku menyebrangi sungai ini?”

Yuyun kangkang : ” berani bayar berapa kamu memerintahku?.”

Klenting Kuning : (dengan memelas) “Saya tidak punya uang”.

Yuyun Kangkang : (marah) “Apa kamu bilang? Tidak punya uang katamu. Baru keluar dari                                goa mana kamu, uang saja kamu tak punya”.

Klenting Kuning : (meminta maaf) “Maafkan saya Yuyun Kangkang. Lagi krisis moneter ini bah”.

            Yuyun Kangkang pun langsung pergi meninggalkan Klenting Kuning tanpa memberikannya pertolongan sedikit pun. Lalu Klenting Kuning teringat pada apa yang di dapatkannya dari suara ghaib itu. Kemudian Klenting Kuning langsung mengeluarkan pusakanya. Karena Klenting Kuning sudah merasa putus asa, pusaka itu secara tidak sengaja di pukul-pukulkannya ke sungai. Tidak lama kemudian terjadilah suatu keajaiban, sungai pun terbelah. Setelah Klenting Kuning selesai menyebrang, sungai pun kembali menutup.

Adegan 3
Babak 4 (telah sampai di Desa Dadapan)

            Sesampainya di rumah Ande-ande Lumut, di depan pintu ada si pengawal sedang menjaga tempat pendaftaran, disampingnya ada Mbok Rondo Dadapan. Ketiga Klenting langsung mendaftar bersamaan.

Klenting Merah : (menyapa si pengawal) “Yuhuu, eh mas nya saya mau daftar dong!”.

Klenting Hijau : (ikut nyerobot di depan Klenting Merah) “Saya juga, saya juga”.

Klenting Biru : (dengan suara ala upin ipin) “Betull .. Betull .. Betull”

Pengawal : (dengan kebingungan) “Aduh, aduh gadis manis, antri dong. Orang belum tentu juga 
                   kalian yang bakalan dipilih oleh Ande-ande Lumut, jadi santai aja dong”.

Klenting Merah : (sambil marah) “Eh jaga mulutmu pengawal, enak aja bilangin saya gak dipilih. 
                             Pastilah saya dipilih, secara saya cantik imut-imut kayak marmut”.

Penonton : (huuuuu~)

Klenting Merah : (Shut up)

Pengawal : (mengalah) “Iya iya nona cantik, jadi tolong silahkan antri dulu”.

3 Klenting : (berbicara bersamaan) “Iya pengawal ganteng”. (berbalik lalu menjulurkan                                           lidah, wekk)

            Setelah semua peserta telah selesai mendaftar, datanglah Klenting Kuning dengan berlari tergesa-gesa. Setelah Klenting sampai di tempat pendaftaran, ia pun berhenti sambil mengatur nafas dan membungkuk.

Klenting Kuning : (bertanya sambil mengatur nafas) “E.. E.. Apakah saya terlambat pengawal ? 
                              Sepertinya saya terlambat”.

Pengawal : (dalam hati : Dia cantik juga yah, apa salahnya saya memberi kesempatan) “Iyah anda 
                   terlambat nona, pendaftaran sudah ditutup, tapi apa salahnya jika anda mencoba 
                   walaupun terlambat. Cepatlah masuk sebelum nona lebih terlambat lagi”.

Klenting Kuning : (tersenyum dan menyalami tangan pengawal) “Terima kasih pengawal saya akan 
                              mengingat kebaikanmu sekali lagi terima kasih”.

            Tiba waktunya Ande-ande Lumut untuk memilih.

Pengawal : (memanggil 3 Klenting) “Klenting Merah, Klenting Hijau, Klenting Biru silahkan                           masuk”.

3 Klenting : (sambil sibuk mencari tempat

Klenting Merah : (sambil mendorong saudaranya) “Eh geser, sana-sana . Sempit tau”.

Klenting Hijau : “Iya iya sabar”.

Klenting Biru : (sibuk merapikan baju dan make-up nya)

Pangeran : “Kalian siap ?”.

3 Klenting : (langsung spontan menjawab) “Iyye”.

Pangeran : “Baiklah, Pertanyaannya sewaktu kalian datang kesini, kalian menggunakan kendaraan 
                  apa?”.

Klenting Hijau : “Kami diantar oleh Yuyun Kangkang”.

Pangeran : “Apakah kalian membayar?”.

Klenting Merah : “Jelas dong pangeran, kami kan orang kaya. Tidak lihatkah dari pakaian                              yang kami kenakan, sangat berkelas. Jadi tentulah kami membayar mahal                              untuk dapat bertemu pangeran”.

Pangeran : “Terima kasih atas jawaban kalian. Silahkan keluar”.

3 Klenting : "Udah gitu aja?"
 
Pengawal : (memanggil Klenting Kuning) “Klenting Kuning silahkan masuk”.

Pangeran : (mempersilahkan duduk) “Silahkan duduk Klenting Kuning”.

Klenting Kuning : “Iya, terima kasih pangeran”.

Pangeran : “Pertanyaannya sewaktu kamu datang kesini, kamu menggunakan kendaraan apa?”.

Klenting Kuning : “Saya menyebrangi sungai sendiri”.

Pangeran : “Dengan menggunakan apa ?”.

Klenting Kuning : “Saya menggunakan sebuah pusaka yang saya peroleh ketika saya mendengar 
                              suara ghaib”.

Pangeran : (dengan antusias ingin tahu) “Coba saya lihat pusaka itu!”.

Klenting Kuning : (memberikan pusaka tersebut)

Pangeran : (membolak-balikkan pusaka) “Wah, bagus juga pusaka ini. Jadi dengan bantuan                             benda ini kau gunakan untuk mendatangi saya?”. 

Klenting Kuning : (mengangguk seraya menjawab) “Iya pangeran”.

Pangeran : “Baiklah, terima kasih nona, silahkan keluar”.

Klenting Kuning : (sambil tersenyum lalu meninggalkan ruangan) “Sama-sama pangeran”.

            Pangeran pun langsung mendatangi Mbok Rondo Dadapan untuk memberi tahu wanita mana yang telah ia pilih. Mbok Rondo pun setuju, lalu pangeran memanggil pengawal untuk masuk dan memberitahu kepada para nona-nona yang sudah menunggu diluar untuk masuk kedalam ruangan. Karena pangeran akan mengumumkan siapa yang ia pilih.

Pangeran : (memanggil pengawalnya) “Jo.. Bejoo, sini Jo. Ada yang ingin saya sampaikan”.

Pengawal : (masuk dan langsung menghadap pangeran) “Iya pangeran, apa yang ingin                                     pangeran sampaikan ?”.

Pangeran : “Tolong kamu kumpulkan semua nona-nona yang telah mendaftar tadi dan suruh                           mereka masuk ke dalam ruangan, karena saya akan segera mengumumkan siapa                       yang akan saya pilih”.

Pengawal : “Siap pangeran”. (langsung pergi keluar ruangan)

            Suasana diluar sangat ribut, karena nona-nona yang sudah mendaftar itu saling berdebat mengenai siapa yang akan dipilih oleh pangeran. Keluarlah Pengawal, dan langsung menyuruh mereka untuk berkumpul di dalam ruangan. Mereka pun tidak sabaran, dan langsung menyerobot untuk masuk pertama ke dalam ruangan. Di dalam ruangan pangeran sudah menunggu bersama Mbok Rondo Dadapan.

Pangeran : (mendehem) “Ehem, ehem. Saya sudah memilih siapa di antara kalian yang akan                            saya jadikan sebagai pendamping hidup saya, dan saya meminta maaf bagi siapa                               saja yang tidak terpilih. Karena saya menginginkan sosok wanita yang baik                                         hatinya, prilaku, maupun perkataannya”.

            Seketika suasana menjadi hening, hanya suara jangkrik yang terdengar. Semua nona-nona beserta para klenting merasa deg-degan.

Pangeran : (memecah kesunyian) “Hari ini dan pada saat ini, saya akan membuat sebuah pengakuan   
                  yang mungkin tidak akan kalian duga. Saya adalah seorang pangeran, nama saya adalah 
                  Pangeran Panji Inu Kerta Patih dari Kerajaan Kediri. Tujuan saya mengadakan sayembara 
                  ini untuk mencari cinta saya yang sudah selama 9 tahun terpisah, dan saya sudah 
                  menemukannya. Dan cinta saya itu adalah Dewi Galuh Candra Kirana, atau sering kalian 
                  sapa dengan nama Klenting Kuning”. 

(Musik : Christina Perri-A thousand years)

            Semua nona-nona yang berada disitu termasuk 3 saudara Klenting Kuning terkejut dan langsung jatuh pingsan. Klenting Kuning yang seolah-olah tidak percaya, hanya bisa tersenyum sambil menatap dalam-dalam wajah pangeran yang selalu diimpikannya itu, selepas pertemuannya 5 tahun yang lalu di pinggir sungai.

Pangeran : (dengan wajah santai namun terlihat serius) “Klenting Kuning, hari ini Allah SWT telah 
                  mempertemukan kita kembali, dan saya yakin engkaulah jodoh yang dikirimkan-Nya 
                  untuk saya. Klenting Kuning, sudikah kau untuk menerima pinanganku ini?”.

Klenting Kuning : (menjawab dengan malu-malu) “Pangeran, bukan maksud hati saya untuk  
                              menolak pinangan pangeran, namun bukan pula maksud saya untuk menerima 
                              pinangan pangeran. Karena saya tidak menerima pangeran tetapi saya memilih 
                              pangeran untuk menjadi pendamping hidup saya selamanya”. (lalu tersenyum)

            Pangeran pun langsung memegang tangan Klenting Kuning sambil menatap lekat-lekat wajah pendamping hidupnya itu. Klenting Kuning pun merasa malu dan merundukkan kepala, namun pangeran mengangkat dagu Klenting Kuning dan mereka kembali bertatapan. Lalu Klenting Kuning pun mencium tangan pangeran sebagai tanda kasih sayangnya. Ditengah-tengah keromantisan mereka berdua, Mbok Rondo Dadapan dan pengawal pun serentak mengganggunya.

Mbok Rondo Dadapan dan Pengawal : (sambil tertawa) “Ciee.. Ciee.. Priwitt, Priwitt”.

Pengawal : (sambil berangan-angan) “Kapan saya bisa seperti pangeran juga yah?”.

Prolog
Adegan 4
Babak 1 (di rumah Klenting Kuning)

            Setelah sadar, ketiga saudara Klenting Kuning pun langsung pulang dan menangis. Sesampainya dirumah, Mbok Rondo Klenting pun dibuat kebingungan  oleh ketiga putrinya itu.

Klenting Merah : (sambil menangis) “Pangeran jahat.. Pangeran jahat banget. Kenapa coba                              harus Klenting Kuning yang dipilih ? Kenapa bukan saya ?”.

Klenting Hijau : (sambil menangis dan memegang tangan Mbok Rondo Klenting) “Pokoknya                            Mbok harus marahin Klenting Kuning, pokoknya harus !! harus !! kalau perlu usir 
                           saja dia dari rumah ini Mbok”.

Klenting Biru : (hanya menangis merengek-rengek)

Mbok Rondo Klenting : (menyimpan amarah sambil menemangkan anak-anaknya) “Hah, 
                                        tega-teganya Klenting Kuning melakukan hal seperti itu ? Pelet semacam 
                                        apa yang sudah bocah tengil itu gunakan ? Kenapa bisa pangeran 
                                        memintanya untuk menjadi pendamping hidupnya ?. Sudahlah 
                                        anak-anakku, biar Mbok yang mengurus Klenting Kuning, dia harus 
                                        mempertanggung jawabkan semua yang telah dia lakukan kepada kalian”.

            Malam harinya Klenting Kuning pun pulang kerumah dan kini dia tidak sendirian, Pangeran Ande-Ande Lumut dan Pengawalnya Bejo pun ikut menemani Klenting Kuning pulang ke rumahnya. Sesampainya di depan pintu, langkah Klenting Kuning pun dihentikan oleh Mbok Rondo Klenting.

Mbok Rondo Klenting : (dengan penuh amarah) “Stop ! untuk apa kamu kembali kesini lagi ? 
                                       Belum puaskah kamu telah menyakiti anak-anak saya dengan bersedia untuk 
                                       menerima pinangan dari Pangeran Ande-Ande Lumut. Belum puaskah ?”.

Klenting Kuning : (menjawab pertanyaan Mbok Rondo Klenting sambil menangis) “Tidak                               Mbok, tidak. Maafkan saya Mbok”.

Mbok Rondo Klenting : (dengan penuh amarah) “Apa kamu bilang ? Maaf ? maafmu itu belum 
                                       cukup untuk menebus semua rasa sakit hati yang dialami oleh anak-anak 
                                       saya. Dan kenapa kamu kesini dengan membawa calon suamimu itu ? Apa 
                                       kamu masih ingin membuat anak saya semakin sakit hati?”.

Pangeran Ande-ande Lumut : (menjawab dengan santai) “Mbok, kedatangan saya kesini beserta 
                                                 dengan Klenting Kuning bukan dengan tujuan ingin menyakitkan hati 
                                                 anak-anak Mbok, saya hanya ingin meminta ijin Mbok untuk 
                                                 sekiranya mengijinkan saya untuk menikahi Klenting Kuning dan 
                                                 mengajaknya untuk tinggal di kerajaan saya. Apakah Mbok 
                                                 mengijinkannya?”.

Klenting Kuning : (menangis sambil memegangi kaki Mbok Rondo Klenting) “ Maafkan saya                               Mbok, maafkan saya”.

Mbok Rondo Klenting : (Menjauhkan Klenting dari kakinya) “Pergi sana kamu, awas kamu kembali 
                                        lagi kerumah ini. Mulai saat ini kamu bukan anak Mbok lagi !!”. (langsung 
                                        menutup pintu dengan membantingnya)

Adegan 4
Babak 2 (di perjalanan ke rumah Mbok Rondo Dadapan)

            Klenting Kuning pun semakin merasa bersalah, Pangeran Ande-ande Lumut pun langsung berusaha menenangkan Klenting Kuning. Pangeran Ande-ande Lumut, Klenting Kuning, dan Pengawal pun kembali lagi ke rumah Mbok Rondo Dadapan. Sesampainya disana, Mbok Rondo Dadapan pun kaget dan bingung dengan apa yang terjadi pada Klenting Kuning.

Mbok Rondo Dadapan : (bingung) “Ya Ampun Ndok, apa yang sudah terjadi padamu?”. (sambil 
                                        berusaha memenangkan Klenting Kuning yang masih menangis)

Pangeran : (berusaha menjelaskan apa yang terjadi pada Mbok Rondo Dadapan) “Klenting Kuning 
                  diusir dari rumahnya Mbok, karena dianggap telah menyakiti Mboknya dan juga ketiga 
                  saudara-saudaranya. Dan saat ini Klenting Kuning sudah tidak mempunyai tempat tinggal 
                  lagi”.

Mbok Rondo Dadapan : (sambil menenangkan Klenting Kuning dan meyakinkannya) “Ndok, kamu 
                                        adalah calon istrinya anaknya Mbok sendiri, dan pastinya Mbok juga sudah 
                                        menganggap kamu sebagai anaknya Mbok sendiri. Kamu boleh tinggal 
                                        disini Ndok, sampai kapanpun kamu mau”.

Klenting Kuning : (dengan wajah berbinar-binar) “Bener Mbok?”.

Mbok Rondo Dadapan : (kembali meyakinkan Klenting Kuning) “Bener Ndok, Simbok sayang sama 
                                        Klenting Kuning”.

Klenting Kuning : (mengucapkan terima kasih sambil tersenyum) “Terimakasih Mbok, Klenting 
                               Kuning juga sayang Simbok”.

Mbok Rondo Dadapan : (tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepala)

            Beberapa bulan kemudian, Pangeran Ande-ande Lumut dan Klenting Kuning melangsungkan pernikahannya di rumah Mbok Rondo Dadapan. Ia juga mengundang Mbok Rondo Klenting dan ketiga saudaranya, namun mereka tidak datang. Klenting Kuning pun mendengar kabar bahwa rumah Simboknya itu terbakar, dan sekarang Simboknya dan ketiga saudaranya itu menjadi gelandangan.

Prolog
Adegan 5
Babak 1 (dirumah Mbok Rondo Dadapan)

            Pangeran Ande-ande Lumut, Klenting Kuning, Pengawal dan Mbok Rondo Dadapan akan pergi ke Kerajaan Kediri. Karena Pangeran Ande-ande Lumut ingin mengenalkan Klenting Kuning kepada Ayahnya di Kerajaan Kediri. Namun, Klenting Kuning teringat akan Simbok dan ketiga saudaranya itu.

Klenting Kuning : (memohon) “Mas, bolehkan saya mengajak Simbok dan ketiga saudara saya untuk 
                              tinggal bersama kita semua di Kerajaannya Mas ? Saya selalu mengkhawatirkan 
                              mereka semua”.

Pangeran : (sambil menghela nafas panjang) “Yasudah jika itu yang kamu inginkan sayang,                                   lakukanlah. Mas tidak bisa memaksakannya, karena mereka adalah keluargamu juga”.

Klenting Kuning : (mengucapkan terima kasih) “Terimakasih Mas”.

            Pengawal Pangeran Ande-ande Lumut pun langsung segera menjemput Simbok dan ketiga saudara Klenting Kuning dan membawanya ke Kerajaan Kediri. Sesampainya mereka disana, mereka langsung disambut hangat oleh keluarga Kerajaan Kediri, dan tentunya juga oleh Klenting Kuning. Simbok dan ketiga saudaranya pun langsung meminta maaf kepada Klenting Kuning. Ayah dari Pangeran Ande-ande Lumut pun sangat bahagia.

Ayah Pangeran : (mengucapkan selamat) “Selamat anakku, kini kau telah menemukan                                              kebahagiaanmu. Ayah doakan keluargamu menjadi keluarga yang sakinah, 
                           mawaddah, warahmah. Amin”.

Pangeran : (sambil tersenyum) “Terima kasih ayah, Amin Ya Rabbal Alamin”.

Ayah Pangeran : “Oiya satu lagi anakku yang ingin Ayah sampaikan. Istrimu cantik sekali”.

Pangeran : (tertawa)

            Malam itu diadakan sebuah acara pesta besar-besaran bagi seluruh warga Kediri dan juga sebagai pengumuman bahwa Putra Mahkota Kerajaan Kediri telah menemukan tambatan hatinya, semua orang pun berkumpul untuk merayakannya.

(musik penutup BCL – Cinta Sejati)


= S E L E S A I =