Senin, 26 Mei 2014

86.400 Detik yang Terlewatkan


86.400 Detik yang Terlewatkan




          

            1 Hari = 24 Jam
            1 Jam = 60 Menit
            1 Menit = 60 Detik
            1 Hari = 86.400 Detik


             “Sedalam apa perasaaanmu padaku ?”, tanyaku dalam hati.

            Kamu, iya kamu. Kamu yang dulu selalu menjadi prioritas utama dalam hidupku, sampai sering aku mengabaikan rasaku sendiri demi kamu. Kamu yang memang tidak pernah menuntut apa-apa dariku, tapi sudah tugasku untuk membahagiakanmu. Tapi belakangan ini aku merasakan ada yang berubah darimu, kamu yang tidak sehangat dulu lebih tepatnya. Atau mungkin kamu sudah memiliki orang lain yang jauh lebih pantas untuk kau berikan perhatian-perhatian kecilmu itu. Aku kangen kamu, ya kangen semua tentang kamu dan tentang kita.
***

         Detik demi detik dalam kehidupan ini pasti pernah kita lalui, mungkin masing-masing orang telah melewati jumlah detik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Tapi pernahkah kita pikirkan apa yang kita telah lakukan dengan detik –detik tersebut ? Apakah dalam detik-detik itu kita berbuat baik, menyenangkan hati orang, menyakiti orang, atau malah meninggalkannya ?

            Dalam ujian pun detik-detik terutama detik-detik terakhir itu sangat berguna, misalnya dalam waktu 5 detik terakhir dalam ujian mungkin kita masih bisa menghitamkan satu pilihan jawaban pada lembar jawaban, begitu pentingnya detik-detik tersebut. Mungkin kita tidak terlalu memperdulikan detik-detik ini, karena kita terlalu terbuai dengan jam. Bukannya ingin menyalahkan jam, tapi benar kan bahwa kita lebih sering memperhatikan jam daripada detik ? Padahal tidak mungkin ada jam jika tidak ada detik. Kita sering bertanya, “Jam berapa sekarang ?” bukan “Detik yang keberapa sekarang ?”. kita mungkin akan di cap sebagai orang aneh jika menanyakan hal yang seperti itu. Detik mungkin memang suatu yang kecil, tapi ingat tidak ada sesuatu yang besar jika tidak didahului oleh sesuatu yang kecil, tidak ada perhatian yang besar jika tidak didahului oleh perhatian yang kecil.
***

Kamu adalah sosok lelaki yang sejak dulu aku inginkan. Entah telah berapa juta detik, milyar detik, atau bahkan triliun detik yang aku korbankan hanya untuk menunggumu. Detik-detik itu rela aku gunakan untuk munggumu, meskipun aku sadar kita dipertemukan hanya untuk sekedar berkenalan, bukan menjadi tujuan akhir penantianmu. Tapi apakah salah detik-detik yang aku korbankan itu aku perjuangkan untukmu ? Sosok lelaki misterius yang tidak pernah ku mengerti jalan pikirannya.

Dengan semua pengabaianmu, tidak pernah sedikitpun aku mengurangi jumlah detik yang aku punya untuk meninggalkanmu. Seberapa pentingnya aku buatmu ? Aku sering merasa bahwa apa yang kita lalui dalam detik-detik perkenalan kita ini lebih dari sekedar biasa, kita yang hanya teman tapi lebih dari sekedar teman, kita yang sahabat tapi lebih dari sekedar sahabat, tapi jika kita dibilang pacaran kita tidak pernah mengukuhkan perasaan masing-masing. Kita memiliki perasaan yang sulit untuk di deskripsikan dengan kata-kata.

Dan yang terakhir kali aku mengerti bahwa hubungan kita baik-baik saja, hanya kamu saja yang sudah tidak berminat lagi memberiku kabar seperti biasa. Aku akan merasa sangat bodoh ketika aku mengirimkan pesan untukmu tapi kau tak pernah membalasnya. Sama dengan betapa bodohnya aku ketika aku memberikan perasaan ini untukmu tapi kau tak pernah membalasnya. Tapi meskipun aku tahu, tidak pernah sedikitpun aku mengurangi detik-detik yang aku punya untukmu ?

Mungkin malam itu, malam yang paling mengesankan buatku. Kamu yang begitu perhatian, mungkin perhatian itu adalah perhatian terakhir yang akan aku dapatkan darimu. Perhatian terakhir dalam statusmu yang single, karena ku tahu pada keesokan harinya kau telah merubah statusmu itu menjadi taken.

Tidak pernah ku salahkan keadaan kita, mungkin memang aku yang terlalu cepat merasakan dan terlalu cepat mengartikan semuanya. Satu hal yang perlu kamu tahu, sayang ini masih disini, cinta ini pun juga masih disini, masih disini dan masih untukmu.

86.400 detik yang aku lewatkan dalam satu hari
Semuanya untuk memikirkanmu
Semuanya untuk membuat kamu bahagia bersamaku
Jadi jangan salahkan dirimu atas apa yang terlah kamu pilih
Aku akan tetap support kamu, asal kamu bahagia menjalaninya
:)

Kamis, 22 Mei 2014

The True Story : "My Beginning and My Endless Friend"


The True Story : "My Beginning and My Endless Friend"

Based on Sheila on 7 – Sahabat Sejati

Mungkin yang namanya teman bisa sangat banyak, tapi yang namanya sahabat hanya ada satu.

Sahabat sejatiku
Hilangkah dari ingatanmu
Di hari kita saling berbagi

“For my beginning and my endless friend : Mungkin sekarang kita punya kesibukan sendiri yang berbeda-beda. Kamu sibuk dengan duniamu, dan aku sibuk dengan duniaku. Tapi jauh dari itu semua aku kangen hari-hari kita dulu saat masih sering bersama, kangen kekonyolan kita, kangen ketawaan bareng, kangen berbagi cerita sama-sama, kangen main bulu tangkis bareng, kalo bolanya udah nyangkut di atap langsung berhentian main. Apa kamu masih ingat itu? Apakah ingatanmu sudah berpaling untuk memikirkan sahabatmu yang lain? Aku kangen kebersamaan kita”.

Dengan kotak sejuta mimpi
Aku datang menghampirimu
Kuperlihatkan semua hartaku

“For my beginning and my endless friend : Kamu ingat tidak tentang semua impian-impian masa kecil kita? Mimpi yang sering kita bicarakan, mimpi yang kita rangkai sama-sama, janji yang selalu kita ucapkan untuk tidak saling meninggalkan. Aku tunjukkan semua mimpiku padamu, aku yang ingin menjadi superstar di sekolah sepertimu, aku yang ingin membuat rumah yang besar tempat tinggalku dan juga untuk tokoku, aku yang ingin menjadi kebanggaan untuk orang lain. Kamu tunjukkan semua mimpimu padaku, kamu yang ingin jadi presiden, kamu yang ingin jadi atlet professional, kamu yang ingin membanggakan semua orang yang kamu sayang”.

Kita slalu berpendapat
Kita ini yang terhebat
Kesombongan di masa muda yang indah

“For my beginning and my endless friend : Dulu kita selalu berpikir tidak ada orang yang bisa sehebat kita. Kita adalah pemilik dunia ini, tanpa ada orang lain yang bisa menghancurkan kita. Terkadang menyenangkan juga kalau mengingat kesombongan-kesombongan kita dulu, kita yang penuh ambisi untuk menggenggam dunia, kita yang penuh ambisi untuk menghancurkan semua yang menghalangi langkah kita untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita”.

Aku raja kau pun raja
Aku hitam kau pun hitam
Arti teman lebih dari sekedar materi

“For my beginning and my endless friend : Kamu pernah bilang bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan sosok seorang teman, bahkan materi sekalipun. Jika kamu ditawarkan sejumlah uang yang sangat besar untuk ditukarkan dengan sosok sahabatmu, apa yang akan kamu pilih? Tentu saja dengan lantang aku berkata, “Aku akan memilih kamu, sahabatku”. Langsung deh mau berpelukan ala Teletubbies, tapi tidak pernah terjadi karna saya tidak suka dipeluk. Hahahaha :D”.

Pegang pundakku, jangan pernah lepaskan
Bila ku mulai lelah, lelah dan tak bersinar
Remas sayapku, jangan pernah lepaskan
Bila ku ingin terbang, terbang meninggalkanmu

“For my beginning and my endless friend : Pegang pundakku, jangan pernah lepaskan, saat aku terlalu rapuh untuk menghadapi kejamnya dunia. Pegang pundakku, jangan pernah lepaskan, saat aku mulai kehilangan cahaya hidupku. Remas sayapku, jangan pernah lepaskan, saat aku berkeinginan untuk pergi meninggalkanmu, saat aku berkeinginan untuk meninggalkan persahabatan kita”.

Aku slalu membanggakanmu
Kau pun slalu menyanjungku
Aku dan kamu darah abadi

“For my beginning and my endless friend : Aku slalu bangga sama kamu, karna kamu memang pantas untuk dibanggakan dengan segudang prestasimu tentu saja. Seakan tak mau kalah, kaupun slalu menyanjungku. Entah apa yang kamu dapat sanjung dari aku ? Kita seperti sudah mempunyai darah yang abadi, kamu pun selalu bilang, “iyalah, orang waktu disurga pun kita sudah sama-sama, bermain laying-layang misalnya”. 

Demi bermain bersama
Kita duakan segalanya
Merdeka kita, kita merdeka

“For my beginning and my endless friend : Sering kan kita menunda-nunda sesuatu demi bermain, menunda-nunda PR misalnya. Begitu sudah dekat waktu untuk dikumpul, baru kalang kabut ngerjakan, cara kerja SKS (Sistem Kebut Semalam) pun mau tidak mau harus terlaksana. MERDEKA!!!”.

Tak pernah kita pikirkan ujung perjalanan ini
Dan tak usah kita pikirkan ujung perjalanan ini

“For my beginning and my endless friend : And the end, kita gak usah pikirkan bagaimana ujung dari persahabatan ini? Yang harus sama-sama kita tahu, bahwa aku ada disini untuk kamu, dan kamu ada disana untuk aku. Simple? Of course, 'cause we are best friend :D”

Tell me, when I was wrong !